Bismilah
Sebelum lanjut, aku ada penawaran. Kalau part ini lebih dari 50 komentar, besok akan update lagi. Setiap hari mulai sekarang DIC akan update tiap hari. Begitu seterusnya dan tergantung komentar. Jika banyak yang baca dan kasih komentar dalam hari itu, aku akan double update.Syukron Jazakillah Khairan. Semakin banyak komentar dan vote semakin bisa kalian baca sampai penghujung dalam waktu dekat
Ditunggu komentarnya♥️
_______Siap tidak siap, kehilangan itu pasti ada.
•Dalam Isak Cinta•
Baru kemarin rasanya sang suami meminta izin untuk pergi ke Amerika, kini hari yang dibahas sudah tiba. Di sinilah Faila berada, Bandara Soekarno-Hatta. Untuk terakhir kalinya sebelum suaminya menuju gerbang keberangkatan, Faila memeluk Lutfan erat.
“Hati-hati.”
Lutfan tersenyum, mengecup lama dahi gadisnya.
“Mas berangkat ya, jaga diri.”
Lutfan mundur satu langkah. Faila menatap Lutfan dengan air mata tertahan. Hatinya berat. Sangat berat. Terutama sejak seminggu terakhir ia suka uring-uringan jika jauh dari sang suami.
Setelah mengusap lembut kepalanya, Lutfan menarik kopernya, mengucap salam dan berjalan menjauh, menuju Gefan yang sudah menunggu dua meter di depan. Mereka terlihat mengobrol sekilas sebelum berlalu menuju gerbang keberangkatan hingga tubuh itu hilang dari pandangannya.
Tes
“Non? Balik sekarang?”
Faila menghapus buliar air matanya yang lolos, menoleh pad Pak Eko-sopir barunya sejak seminggu yang lalu. Kini ke mana pun dia pergi, Lutfan memintannya menggunakan sopir.
Faila mengangguk, melihat sekali lagi pada bayang sang suami yang telah hilang. Lalu melangkah keluar dari bandara.
“Langsung ke Rumah sakit, Non?’
“Iya, Pak.”
Mobil pun melaju, membelah jalan untuk menerobos kembali udara pagi yang dingin. Faila memperhatikan ke luar jendela, pada apa saja yang dilihatnya. Helaan nafas berat meluncur dari bibirnya, entah kenapa perasaannya tidak enak.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Rumah Sakit, ia segera berjalan menuju ruangan Ibu. Tapi, lagi-lagi Faila melihat Rafi dan menaiki lift yang sama dengannya. Bedannya kini ada empat orang di dalam Lift.
Faila menoleh ke kiri, pada dinding lift, namun saat itu pula matanya melihat Rafi menatapnya dari pantulan dinding kaca lift. “Aku tahu kamu menatapku,” ujarnya pelan namun masih bisa didengar laki-laki itu.
Tepat lift berhenti di lantai empat, Faila buru-buru melangkah keluar. Kenapa Rafi berkeliaran di sini?
“Tunggu!”
Ia tersentak saat Rafi kini menghadang jalannya. Langkahnya berhenti. Wajahnya jelas melihatkan ketidaksukaan. Sedang laki-laki itu tersenyum kikuk.
“Kamu sakit?”
“Untuk apa kamu bertanya?” ketusnya. Ayolah perasaannya sedang tidak enak, ditambah akan kehadiran laki-laki itu. Sudah erapa kali dia minta agar Rafi menjauhinya?
“Seminggu terakhir ini aku lihat kamu berkeliaran di rumah sakit.”
“Ada masalah?”
Rafi mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Gak, cuman a-“
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Isak Cinta ✓
Spiritual------ Dibalik ujian yang datang Allah datangkan sesuatu sebagai obatnya. Al-Lutfan Ikram, imam yang awalnya diragukannya datang membawa segurat senyum memesona. Memeluknya hangat seolah berkata, ada aku suamimu. Setulus cinta dan kebaikan yang Alla...