Laki-laki memang akan waspada jika ada laki-laki lain yang mempunyai rasa pada gadisnya.
•Dalam Isak Cinta•
Ceklek!
Lutfan menoleh sekilas. Satya Gefan Aditaman, sekretarisnya, berjalan masuk seraya membawa beberapa berkas. Tanpa meminta izin, ia langsung duduk dihadapan bosnya.
Meletakkan tiga buah map di atas meja, membuat Lutfan menghentikan pergerakannya yang tengah mengetik."Sibuk, Bos?"
"Bisa lihat sendiri. Numpuk." Lutfan mengambil tiga berkas yang dibawa Gefan, membukanya lantas membacanya sebelum membubuhi tanda tangan. "Langsung bawa?' pertanyaan dibalas anggukan oleh sang sekretaris yang menyandarkan tubuhnya.
"Hari ini ada meeting?"
"Ada, pukul dua siang." Gefan melirik jam tangannya sekilas, "dan ada telfon dari luar negeri. Mitra kita di sana meminta rapat pekan depan, untuk membahas lenih lanjut bisnis yang waktu itu Pak Badran urus."
Lutfan menghela nafas. "Harus minggu depan?"
"Minggu depan."
"Gak bisa diundur dua minggu lagi atau sebulan lagi?"
"Gak bisa Pak CO, ini rekan di Luar Negeri. Omset kita di sana besar. Almarhum Pak Badran bahkan memperjuangkan bisnis ini. Sangat menguntungkan."
"Gue tahu, tapi masalahnya lo kan tahu gue baru dapat musibah. Lagian mertua gue lagi sakit," ucap Lutfan non formal.
CO dan sekretais itu sudah seperti sahabat, jadi wajar jika berdua mereka mengeluarkan bahasa non formal.
"Lo tenang aja, rapat cuman satu hari. Lo bisa langsung pulang kalau udah kelar."
Lutfan menghela nafas gusar. Baru dia meninggalkan gadisnya, sekarang dia harus pergi lagi. Lutfan pusing, dia tidak mau meninggalkan gadisnya, takut mamanya kembali berulah. Terutama sekarang. Mamanya menyalahkan istrinya kan kepergian Papa.
Setelah membaca berkas yang dibawa Gefan dan memberikan tanda tagannya, Gefan pamit pergi meninggalkannya yang kini mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja seraya melirik keluar jendela.
Fania. Mamanya kini tengah di luar kota menenangkan pikiran. Jika Mamanya balik dalam waktu lama, ia sedikit lega. Karena tidak perlu cemas jika mama berulah lagi pada gadisnya.
Ingin saja Lutfan membawa gadisnya, namun Faila pasti tidak ikut karena mau memilih menjaga Ibu. Terpaksa ia harus memastikan Mama pulang lama. Di Amerika, dia akan langsung pulang begitu rapat selesai.
Lutfan mengangguk,mengambil benda pipih yang diam membisu di atas meja, ada beberapa chatt dari sang itstri. Sebelum membuka chatt tersebut Lutfan mencari nomor mamanya di sana.
Tidak perlu menunggu lama hingga Fania mengangkat panggilan. "Assalamuaalikum Ma."
"Wa'alaikumsalam, Sayang. Mama kangen banget sama kamu. Kamu lagi di mana Lutfan?"
"Lutfan di kantor, Ma. Mama gimana kabarnya? Mama sehat?"
"Sehat. Nih mama lagi di restaurant sama paman."
Lutfan mengangguk mengerti.
"Bagaimana perasaan Mama sekarang?" tanyanya hati-hati.Fania menghela nafas. "Sedikit lebih baik, tapi bayang Papa masih buat Mama belum ikhlas. Mama setiap malam mimpiin Papa."
"Ma, papa udah tenang di sana. Mama harus ikhlas ya?'
"Susah, Lutfan. Papa kamu itu, cinta mati Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Isak Cinta ✓
Spiritual------ Dibalik ujian yang datang Allah datangkan sesuatu sebagai obatnya. Al-Lutfan Ikram, imam yang awalnya diragukannya datang membawa segurat senyum memesona. Memeluknya hangat seolah berkata, ada aku suamimu. Setulus cinta dan kebaikan yang Alla...