🌷DIC -Bersama Ibu

4K 434 8
                                    

Bismillah ...
Vote dulu ya sebelum lanjut 😊
________________________________

"Ibu sakit apa, Pa?"

"Kanker usus stadium akhir."

Berkali-kali tangannya mengusap bulir bening yang lolos begitu saja ke pipinya. Faila mengigit bibir bagian bawahnya. Pandangannya menatap blur ke pepohonan taman rumah sakit.  Selama ini ... Ibu merahasiakan penyakit itu darinya.

Kenapa dari dulu dia tidak tahu jika ibu sakit kanker? Anak seperti apa dia? Jika kini stadium akhir, berarti sakit itu ... sudah lama menyerang ibu. Tapi, kenapa Ibu merahasiakan ini semua darinya?

Faila, Maafkan Ibu. Ibu harus pergi. Maaf karena Ibu tak akan kembali. Jaga dirimu, Nak. Jangan menangis karena kamu sekarang sudah punya Lutfan yang menggantikan Ibu.

"Falia turutin permintaan Ibu ini."

"Dengan menikah kamu udah membuat Ibu senang, Nak."

Sakit itu, sakit itu yang membuat Ibu mendesaknya untuk menikah. Karena sakit itu, Ibu menghilang tanpa bilang, karena sakit itu ... Faila menutup wajahnya dengan tangan, ia terisak.

Kadang orang tua egois. Ia paham, Ibu tidak ingin ingin membuatnya khawatir, tapi terlambat tahu bahkan jika Faila tidak bisa bertemu ibu adalah penyesalan terbesar baginya kelak. Bagaimana pun juga orang tua adalah bintang seorang anak, orang tua segalanya bagi anak. Tidak ada anak yang akan bahagia, bagaimana pun kesuksesannya jika ia kehilangan ibu tanpa dia tahu.

Usapan lembut di bahunya membuatnya menoleh. Lutfan. Suaminya terseyum lembut, mata itu menatapnya sedih. Faila tergugu dan masuk ke dalam pelukan Lutfan.

"Mas, Faila ... Faila takut kehilangan Ibu," ucapnya tercekat. 

"Kita berdoa ya, Sayang."

Faila tidak mejawab dalam tangisnya. Matanya terpejam, Lutfan mengusap lembut punggungnya memberi ketenangan.

"Ibu sudah sadar," bisik Lutfan begitu tangisnya reda. Sontak, Faila melepaskan pelukan Lutfan dan berjalan tergesa ke dalam rumah sakit.

Begitu langkahnya mencapai pintu, tangannya disambar Lutfan.
Dengan lembut laki-laki itu membawanya berjalan masuk. "Nanti jatuh."

"Faila gak sabar ketemu Ibu, Mas."

"Mas paham," balasnya. Faila hanya diam. Hening mendominasi hingga kakinya sampai di ruangan Ibu. Kedua sudut bibirnya tertarik begitu melihat wanita yang dirindukannya tengah menatapnya dengan kaget.

"Ibu ..."

Faila menghambur, memeluk ibu dengan hati-hati. Tubuh itu terasa kaku, keterkagetan Ibu seolah masih belum lepas melihat putri semata wayangnya di sini.

"Faila?" lirihnya lemas.

"Iya, Bu. Ini Faila putri Ibu."

Lelehan air mata merembes membasahi bajunya. Ibu menangis. Faila menarik kembali tubuhnya dan mengusap cairan bening di pipi tirus Ibu.

"Ibu jangan nangis." Suaranya tercekat. Berusaha mati-matian menahan tangis. Ia tidak mau memperlihatkan kesedihannya karena itu akan membuat ibu terbebani.

"Maafkan Ibu, Nak."

"Tidak ada yang perlu disesali, Bu. Melihat Ibu di depan Faila sekarang, Faila udah bersyukur," ucapnya mengulum senyum.

"Ibu bangga punya putri seperti kamu." Diara tersenyum lembut.

"Dan Lutfan sangat berterima kasih karena Ibu sudah melahirkan gadis hebat untuk Lutfan."

Dalam Isak Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang