Jika sudah memantaskan diri tidak usaha takut pada jodoh nanti. Bukankah perempuan baik untuk laki-laki yang baik?
Dalam Isak Cinta
"Mmm ... enaknya masakan putri Ibu."
Faila tersenyum senang.
"Alhamdulillah karena Ibu yang ngajarin."
Diara tersenyum. Kini jam tengah menunjukan pukul delapan malam. Sebenarnya tidak bagus makan di jam segitu. Tapi berhubung Ibunya pulang larut maka Faila ingin menunggu ibunya.
"Seharusnya kamu makan duluan, Nak. Jangan nunggu ibu terus. Ntar sakit gimana?"
"Gak apa-apa, Bu. Faila juga ngemil kok, jadi gak terlalu lapar. Lagian Faila suka momen makan bareng gini."
Di rumah itu hanya ada mereka berdua. Tidak ada pembantu. Karena dulu itu mau Diara, ingin dia yang mengerjakan semuanya. Hanya ada satpam untuk berjaga. Kalau dulu Diara mempunyai waktu banyak untuk mengurus rumah, tapi semenjak sang suami meninggal dia mempunyai sedikit waktu.
Juga keluarga mereka menerapkan hidup mandiri walaupun sebenarnya uang mereka cukup untuk membayar pembantu. Seperti memasak, Diara menanamkan pada sang putri dari dulu. Agar sang putri kelak tidak bergantung apapun dan menjadi gadis mandiri.
"Faila? Ibu mau ngomong sebentar," ucap Diara menatap putrinya begitu mereka selesai makan.
Faira sudah menebak apa yang mau ibu bicarakan. Pasti pernikahan. Alhasil Faila hanya mengangguk.
"Ibu sudah dapat jodoh kamu, dia anak sahabat Ibu dulu."
Mata Faila membulat sempurna.
"Ibu? Faila kan belum menyetujui," protesnya.
"Maafkan Ibu, Nak. Bagaimanapun Faila harus tetap menikah."
"Bu ... tidak bisa ditunda?"
Diara mengeleng tegas. "Ini demi kebaikan kamu Faila."
"Faila mau menghabiskan waktu bersama Ibu dulu," pintanya memelas.
"Gak Faila. Bagaimana jika nanti Ibu tidak ada?"
"Ibu kenapa ngomong gitu?"
Diara menghela nafas. Dielus lembutnya tangan sang putri. "Ibu ingin, ada yang jagain kamu. Ibu ingin lihat Faila bahagia, Ibu ingin ada yang selalu ada buat Faila."
"Bu ...." Hati Faila sesak. Matanya terasa panas.
"Faila, kamu mau kan, buat ibu senang?"
Faila terdiam dengan satu bulir mata yang memaksa keluar.
"Menikahlah, Nak." Diara tersenyum lembut. Tatapannya memohon. Tangannya kini mengusap lembut pipi putrinya.
"Tapi ...."
"Turuti keinginan Ibu ya?"
Tes
Berat. Berat. Faila menunduk. Ucapan Kaira kembali terngiang di pikirannya. Setelah perang pikiran, Faila menghela nafas, mendongak, mengucap bismillah lalu mengangguk.
Diara tersenyum senang. "Makasih sayang."
Faila tersenyum. Mengangguk. Lalu ia berdiri di samping sang Ibu dan memeluknya erat. "Faila sayang Ibu. Jangan tinggalkan Faila," ucapannya terisak. Dan saat itu juga Diara ikut menangis.
-🌷-
"Besok malam keluarga calon suamimu datang untuk lamaran resmi."
"Bu? Kenapa cepat sekali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Isak Cinta ✓
Spiritual------ Dibalik ujian yang datang Allah datangkan sesuatu sebagai obatnya. Al-Lutfan Ikram, imam yang awalnya diragukannya datang membawa segurat senyum memesona. Memeluknya hangat seolah berkata, ada aku suamimu. Setulus cinta dan kebaikan yang Alla...