Tiga

12.3K 647 4
                                    

Aku tak menyangka jika pada akhirnya aku lah yang harus
Pergi

Apa kamu masih menganggap ku ada mas batin Nanda.

Dirinya saat ini sedang duduk termenung meratapi nasibnya dikamar tamu itu, dan entah sudah berapa jam dia merenungi keadaannya yang sekarang.

Tok...tok...tok
(Anggap saja suara pintu)

Suara ketukan pintu itu menyadarkan dirinya, dia bangkit dari duduknya, lalu membuka pintu itu dan terpampanglah wajah Jihan disana.

"Maaf mba. Saya cuman mau kasih makanan, kalau mba nggak makan nanti mba Nanda sakit," ujar Jihan sambil menunduk, Nanda hanya tersenyum miris mendengarnya.

"Dengar yah Jihan,tidak usah perduli terhadap saya, kalau kamu memang kasihan sama saya seharusnya kamu pikir berkali-kali sebelum kamu jadi perusak di rumah tangga saya," dan kata-kata Nanda itu sontak membuat jihan meneteskan air matanya.

"Saya tau saya salah mba,tapi bukan cuman mba Nanda yang sakit hati, saya pun sama mba. Nggak ada perempuan yang ingin di madu," jawab Jihan.

Baru saja Nanda ingin berbicara lagi, Fajar tiba-tiba datang dan menyuruh Jihan masuk kekamarnya.

"Jihan masuk lah ke kamar kamu, biar saya yang bicara sama Nanda," ujar Fajar sambil mengambil piring dari tangan Jihan, dan jihan pun langsung melangkah pergi.

Karena tak ingin berbicara dengan Fajar, Nanda segera masuk kekamarnya, namun diluar dugaan Nanda, Fajar menerobos masuk dan langsung mengunci pintu kamar itu.

"Mau kamu apa sih Fajar!!?" ujar Nanda sudah tidak memakai kata mas lagi. Jujur dia muak dengan semua ini, namun Nanda kasihan pada Kayla yang masih sangat kecil untuk menyaksikan kedua orang tuanya berpisah.

"Kamu masih marah sama aku, Nan?" tanya Fajar. Nanda pun duduk di kursi yang ada di kamar itu sembari berucap.

"Masih nanya," jawab Nanda ketus.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf," ujar Fajar sambil memeluk erat Nanda.

"Lepas mas, lepas!!" berontak Nanda sambil berusaha menjauhkan dirinya dari Fajar, namun kekuatan Fajar jauh lebih kuat dari dirinya.

"Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu maafin aku,"

"Aku benci kamu," lirih Nanda disertai air mata yang lagi-lagi keluar begitu saja dari matanya.

"Plis, kasih aku waktu, aku mohon jangan seperti ini," ucap Fajar yang semakin mempererat pelukannya.

"Lepasin aku atau kita cerai?" kata-kata itu membuat fajar melemah sehingga melepaskan pelukannya terhadap Nanda.

Jangan lupa vote yah

Sorry kalau di setiap part-nya banyak typo

Komen juga and kasih saran yah

Salam manis auhtor

Bukan Istana Impian √(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang