Delapan

10.5K 550 4
                                    

"Aku capek mas, aku mau tidur aja, terserah kamu deh sekarang mau gimana," ujar Nanda sambil berbaring di kasur empuknya itu.

Silauan cahaya matahari membangunkan wanita yang semalam berdebat dengan suaminya, yaitu Nanda. Saat membuka matanya, Nanda dapat melihat wajah Fajar yang tertidur disebelahnya.

"Andai kamu menjaga kesucian pernikahan kita mas, pasti aku adalah perempuan yang paling bahagia di dunia ini, memiliki kamu, kayla, dan calon anak kita yang tidak kamu tau ini," ujar Nanda sambil memperhatikan wajah Fajar.

"Aku tau kamu juga merindukan ku Nan," ujar Fajar tiba-tiba membuka matanya membuat Nanda terkejut.

"Kepedean kamu," ucap Nanda, lalu langsung melangkah menuju kamar mandi sebab malu karena ketahuan tengah memperhatikan wajah Fajar.

Setelah Fajar siap memakai baju kantornya, mereka semua pun makan bersama dimeja makan untuk pertama kalinya.

"Bunda sama ayah nanti jadikan datang ke acara pentas puisinya Kayla. Kayla buat puisi tentang ayah lo," ucap Kayla dengan girangnya.

"Jadi dong sayang, ayah sama bunda pasti akan kesana," ujar Fajar.

"Yeah," ujar Kayla bahagia.

"Kayla ayo berangkat nanti kamu telat nak!" ajak Fajar.

Nanda dan Jihan yang melihat Fajar tidak memakai dasi kantor pun langsung mengambilkan dasi untuk Fajar.

"Mas Fajar tunggu, dasinya kelupaan," ujar Nanda dan Jihan berbarengan sambil ingin memasangkan dasi di tangan masing-masing.

Tiba-tiba hening, mereka secara bersamaan pun menurunkan tangannya masing-masing.

"Mba Nanda aja yang pakaikan," ucap Jihan lembut.

"Tidak, kamu saja." ujar Nanda datar.

"Bunda, kok Tante Jihan sih, kan bunda istrinya ayah," ucap Kayla dengan wajah polosnya.

"Nan mending kamu pasangin dasinya!, ini aku sama Kayla udah telat lo," pinta Fajar.

Nanda pun melirik ke arah Jihan, dan Jihan sontak tersenyum sambil mengangguk kearahnya. Nanda pun langsung memasangkan dasi dileher Fajar, pandangan mereka berdua pun bertemu, ini kali pertamanya mereka sedekat ini setelah semuanya terbongkar.

Mas, aku akan belajar ikhlas menerima semua ini, batin Nanda.

Setelah Kayla, dan Fajar pergi. Nanda pun bergegas ke tempat kerjanya.

"Jihan saya pergi dulu yah," pamit Nanda.

"Mba Nanda tunggu!!"

"Kenapa?" tanya Nanda.

"Apa mba Nanda sudah bisa menerima saya?" Nanda terdiam sebentar mendengar pertanyaan itu lalu berucap.

"Saya masih terus berusaha jihan. Saya harap kita akan baik-baik saja setelah ini," ujar Nanda.

Jika ditanya Nanda sudah ikhlas apa belum, jawabannya adalah belum, tapi nasi sudah jadi bubur, dan biarpun dia marah, semuanya juga sudah terlanjur. Nanda sadar, dia tidak boleh egois, sebab Jihan juga sedang mengandung anak Fajar saat ini.

Budayakan vote sesudah membaca

Hargai usaha dan pikiran author untuk membuat dan ngetik ceritanya

Salam manis untuk kalian semua

Syukron

Bukan Istana Impian √(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang