Sesampainya Nanda dirumah. Dia melihat Fajar dan Jihan sedang bermain busa sabun cuci piring dan Fajar terlihat sangat bahagia.
Kamu begitu bahagia bersamanya mas. Selama kita menikah aja, aku belum pernah melihat kamu sebahagia ini, batin Nanda.
Fajar dan jihan yang tengah asik berdua tanpa sengaja melihat kearah tempat Nanda berdiri dan saat itu Nanda sudah menjatuhkan air matanya.
"Nanda!!" ujar Fajar terkejut.
Nanda yang mendengar suara Fajar pun langsung berlari menuju kamarnya sambil melap air matanya. Dia menyesali hal itu, kenapa air matanya harus dilihat lagi oleh Jihan dan Fajar.
Sedangkan Fajar, dia langsung mengejar Nanda, tapi pintu kamar Nanda sudah terlanjur terkunci.
"Nanda buka Nan!!" teriak Fajar sambil mengetuk pintu kamar itu dan sesekali menggerakkan gagang pintunya.
Kamu masih sangat mencintainya mas, bohong kalau kamu mengatakan tidak ingin menceraikannya hanya karena dia hamil. Lalu, apakah ada aku dihati kamu, apa selama kita menikah, semua perhatian dan kasih sayang yang kamu tunjukkan hanya sebatas tanggung jawab karena aku istri kamu, batin Nanda.
Nanda terbangun dari tidurnya dan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Astagfirullah hal azim, aku ketiduran," gumam Nanda.
Nanda pun keluar dari kamarnya itu, dan mendapati Fajar tertidur di depan kamarnya. Dia sedikit terkejut, namun sesaat kemudian, Nanda pun jongkok dan tangannya sontak mengelus lembut pipi suaminya itu.
"Maafkan sikapku mas, tapi sungguh rasa cinta ini masih tetap sama dan tidak berkurang sedikitpun, meski aku tau cintamu sudah terbagi, atau mungkin hanya untuk Jihan," ujar Nanda.
Tanpa Nanda sadari sedari tadi Jihan melihat dan memperhatikannya. Sebenarnya tadi, Jihan keluar kamarnya ingin mengajak Fajar untuk tidur dikamar, dia tak tega melihat Fajar tidur didepan kamar Nanda seperti itu, namun langkahnya terhenti kala melihat Nanda membuka pintu kamarnya.
"Maafkan saya mba. Andai saya tidak menuruti semua perkataan mas Fajar dan andai saya tidak hamil, saya pasti sudah pergi jauh dari kehidupan mba Nanda," ujar Jihan. Rasa bersalah menusuk kedalam hatinya saat mendengar perkataan Nanda.
Sedangkan Nanda, setelah mengucapkan semua isi hatinya, dia pun melangkah menuju dapur dan meminum secangkir gelas, setelah itu dia langsung membangun kan Fajar.
"Bangun mas. Tidur di kamar Jihan, ngapain kamu disini?" ujar Nanda sambil menggoyangkan tubuh Fajar.
Beberapa saat kemudian, Fajar pun membuka matanya dan langsung memeluk tubuh Nanda.
"Lepas mas!!"
"Biarkan seperti ini Nan, sebentar saja. Aku merindukanmu." ucap Fajar.
Tidak bisa Nanda pungkiri, dia juga sangat merindukan Fajar, apalagi dia juga sedang mengandung dan saat-saat ini dia sangat membutuhkan perhatian lebih dari suaminya, namun penghianatan Fajar membuat rasa kecewanya mengalahkan semua rasa itu.
"Boleh kah aku tidur sama kamu malam ini?" pinta Fajar yang sudah melepaskan pelukannya.
"Nggak!!. Balik sana ke kamar istri kamu," ujar Nanda lalu hendak memasuki kamarnya, tapi diduluani oleh Fajar.
"Mas fajar keluar!!, aku mau tidur," ujar Nanda kesal sambil menarik Fajar keluar, tapi lagi-lagi kekuatan Fajar lebih kuat darinya.
"Kamu juga istri ku Nanda," ujar Fajar.
"Istri yang tidak pernah kamu cintai kan," ujar Nanda membuat Fajar menatap lekat wajah Nanda.
"Kalau aku tidak mencintai kamu, buat apa!, buat apa aku memohon agar kita tidak pisah Nan?. Buat apa aku nyiksa diri aku nungguin kamu di depan kamar kamu dan tidur disitu?" ujar Fajar.
"Dan kalau kamu mencintai aku mas, cinta kamu nggak mungkin terbagi,"
"Aku akan berlaku adil terhadap kamu dan Jihan, aku janji itu," ujar Fajar.
"Aku mau kamu milik aku seutuhnya, nggak berbagi dengan orang yang lain." ujar Nanda.
"Nan plis, tolong ngertiin aku," ucap Fajar frustasi dengan sikap Nanda.
Jangan lupa vote yah
Author akan lanjutin ceritanya kalau banyak yang ngevote and dukung ceritanya
Makasih🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istana Impian √(End)
Romance(Sudah terbit) Jika kamu pusing akan memilih antara aku, dan dia. Sini aku bantu pilihkan,pilih saja dia,karena aku bukan lah sebuah pilihan tapi tujuan. Jan lupa vote yah.