🌱41

2.6K 219 419
                                    

Play music :
-A thousand Years piano ver
-Beautiful in white piano ver
-Can't help falling in love piano ver
-You are the Reason piano ver




















Kertas berukuran lumayan besar dengan warna putih dipenuhi dengan berbagai rangkaian kata yang membentuk kalimat demi kalimat menjadi peneman segelas kopi espresso yang tersisa setengah itu. Kertas persegi panjang yang kerap kali disebut koran itu sudah semenjak setengah jam yang lalu menjadi peneman setia seorang lelaki yang sedang duduk di depan teras rumahnya pagi ini. Ia tampak fokus membaca kata per kata yang terketik runtut di permukaan koran tersebut. Hingga mata nya yang sipit terbuka lebar, sedetik setelah membaca judul dari sebuah berita terbaru Korea Selatan.

"Pernikahan.."

Bibirnya baru saja ingin mengucapkan kata berikutnya, hingga kedatangan bocah kecil menghambat hal itu terjadi.

"Papa"

Jimin, lelaki itu menoleh dan seketika itu pula matanya menangkap presensi kedatangan putrinya. Dengan gerakan cepat pula Jimin melipat koran tersebut dan meletakannya di atas meja sebelah kursi dimana ia duduk. Lalu mengalihkan atensinya pada bocah perempuan yang tadi memanggilnya papa. Papa? Apakah Cya yang memanggilnya seperti itu? Tentu saja lalu siapa lagi?

Bocah berusia lima tahun itu sudah mendapatkan semua penjelasan mengenai hidupnya baik dari Jimin, Gyura, maupun halmoeni Park. Dan dia menerimanya begitu saja? Tentu tidak. Bocah itu tergolong keras kepala walaupun tidak sekeras kepala anak dari Kim Taehyung. Cya sempat menangis dan marah pada mereka semua selama tiga hari, hingga pada akhirnya sakit dan dokter menyatakan amnesia ringan yang sempat dideritanya semenjak kecelakaan tempo lalu sembuh. Dan pada akhirnya bocah itu mulai menerima Jimin secara perlahan sebagai Ayahnya.

"Ada apa, hm?"

Tanya Jimin seraya mengangkat tubuh kecil Cya ke atas pangkuannya.

"Mommy tidak ingin membagi susunya padaku, Pa"

Jimin tersenyum memaklumi tingkah Cya. Dirinya bahkan sama sekali tidak akan keberatan menghadapi sifat manja dari Cya. Karena justru hal inilah yang sedari dulu ingin ia rasakan.

"Memangnya mommy tidak membuatkanmu susu?"

Cya menggeleng dengn bibir yang tetap mengerucut merajuk.

"Kata mommy, susu Cya sudah habis. Dan saat Cya ingin meminta susu yang mommy minum, mommy tidak mengizinkannya. Huh, mommy pelit sekali"

"Hei, dengarkan Papa ya? Susu yang mommy minum itu berbeda dengan susu yang biasa Cya minum, mengerti?"

Sama seperti tadi, reaksi yang Cya berikan pada Papanya itu hanyalah berupa gelengan kepalanya.

"Memangnya apa bedanya, Pa?"

"Kau benar benar ingin tahu?"

Kali ini berbeda, anak itu akhirnya merespon pertanyaan Jimin dengan anggukan.

"Susu yang mommy minum itu adalah untuk adik bayi yang ada di perutnya, mengerti? Jadi jika Cya merebut susu mommy, sama saja Cya merebut susu adik"

"Kalau begitu, Cya harus minum apa, Pa?"

"Kita akan membeli susu mu di supermarket.."

Cya mengangguk dengan semangat.

"Baiklah, cepat bersiap.."

Cya pun turun dari pangkuan Jimin dan segera berlari menuju dalam rumah untuk bersiap pergi ke supermarket membeli susunya.

"Kenapa dia lari lari?"

NOT AGAIN -KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang