01

53.6K 3.8K 1.3K
                                    

Jilin, China, 2020

"Papa! Kaos kaki Jun dimana?!" teriak seorang anak laki-laki berumur enam tahun. Anak laki-laki tersebut menghampiri Papa nya yang masih keadaan tertidur pulas.

"Papa! Ayo bangun! Papa tidak ingat kalau Jun hari ini masuk sekolah!" Anak laki-laki tersebut mengguncangkan tubuh Papa nya.

Pria yang di panggil 'Papa' tersebut terbangun. Kedua mata indah itu terbuka secara perlahan. Setelah sepenuhnya sadar, ia melihat kalau anak nya berada di atasnya.

"Huang Piao Jun? Kenapa kamu ada di sini?" tanya pria itu sambil mengucek matanya. Ia melirik jam yang ada di nakas. Ia pun membulatkan matanya.

"Sialan, aku telat! Mampus aku!" Sang Anak—Piao Jun—yang terduduk di pangkuan Papa nya terjatuh begitu saja di pangkuan pria itu.

"Papa tidak boleh berkata kasar! Jun tidak suka!"

"Ah, Maafkan, Papa. Kenapa kamu baru bangunin Papa sekarang? Seharusnya kan Papa nganter kamu berangkat sekolah. Ayo, kamu pergi sarapan dulu, minta sama—"

"Sama siapa? Ckckck, seharusnya kamu cari istri lagi, Renjun. Jika seperti ini kamu akan menyulitkan dirimu sendiri!" sahut wanita paruh baya.

"Mama? Sejak kapan Mama datang kesini? Ak—"

"Nenek! Ayo anterin Jun ke sekolah! Jun marah sama Papa! Dia dari tadi Jun bangunin, tapi tetap saja tidak mau bangun. Ayo, Nenek, nanti Jun terlambat ke sekolah!" Piao Jun berusaha menarik tangan Neneknya.

"Jun, kamu kebawah duluan ya? Nenek mau bicara sama Papa kamu dulu. Nanti Nenek nyusul kesana, oke?"

"Oke, Nenek! Jangan lama-lama, ya?!" Piao Jun pun meninggalkan Sang Nenek dan Papa nya berdua di kamar sana.

"Renjun? Kenapa bangun terlambat? Tidak biasa kamu seperti ini?" tanya wanita paruh baya yang tidak lain adalah Mama dari Renjun.

Renjun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal. Dirinya bangun kesiangan karena kerjaan kantornya menumpuk. Belum lagi masalah Perusahaan nya kini yang sedang di ambang maut. Jika saja Perusahaan Huang jatuh bangkrut, bisa habis di hajar dia oleh Papa nya.

"Aku lembur di kantor, Ma. Soalnya banyak ker—"

"Kerja, kerja, kerja! Itu terus yang kamu pikirin! Kapan kamu akan memikirkan anakmu dan dirimu sendiri! Semenjak wanita sialan itu meninggalkan dirimu dan anakmu, sifat mu berubah total begini! Kamu jadi Workaholic!"

Renjun menggenggam tangan Mama nya, untuk menenangkan wanita itu. Renjun tidak berbohong, dirinya sangat sibuk mengurus perusahaan. Dia juga sadar, karena ke sibuk kannya, dirinya jarang menemani sang anak. Renjun pulang dari kantornya selalu larut malam. Dan itu pun Piao Jun sudah tertidur pulas.

"Renjun. Mama tau kamu melakukan ini agar kamu bisa melupakan wanita itu. Jangan salahkan dirimu. Dia saja yang tidak tau diri. Saran Mama—lebih baik kamu cari istri lagi. Biar ada yang ngerawat putra Mama dan cucu Mama. Mama tidak mau kamu seperti ini terus. Dengarkan perintah Mama sekali ini saja." Sang Mama berusaha membujuk anaknya. Mama selalu memerintahkan Renjun untuk menikah lagi. Tapi Renjun selalu menolak.

Renjun Sebenarnya sangat malas jika Mama membahas tentang pernikahan. Pria itu sudah tidak membutuhkan ikatan seperti itu lagi. Dirinya sangat trauma. Renjun menganggap jika wanita itu semuanya sama. Para wanita di luaran sana yang berusaha mendekati Renjun karena uang dan status CEO nya.

Jika Renjun menikah, ia takut di khianati lagi. Sudah cukup dirinya di khianati satu orang. Dia tidak mau lagi. Terlebih lagi yang menghianati nya itu sosok yang sangat ia cintai seumur hidup. Siapa lagi kalau bukan istrinya. Ah, Ralat, Mantan Istri. Sekarang Renjun menyebutnya seperti itu.

Single Parent | Huang Renjun [SUDAH TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang