"Jadi bagaimana Tuan Liu? Apakah anda setuju menjadi investor untuk Perusahaan Huang?" tanya Renjun, ia sambil meminum teh yang di meja.
"Oke, baiklah. Tapi saya butuh Desain Produk buat Perusahaan saya. Apakah Presdir Huang bisa memberikan Desain terbagus pada saya? Nanti saya kirim Filosofi Desain Produk dan konsepnya kepada Sekretaris anda." Tuan Liu berdiri dan membenarkan kemejanya.
Renjun pun ikut berdiri, ia menjabat tangan Tuan Liu.
"Terima kasih, karena sudah mau bekerja sama dengan Perusahaan Huang, Tuan Liu Yangyang. Kalau begitu saya pergi dulu. Tuan Liu tidak perlu khawatir, saya akan memberikan Desain terbagus untuk produk anda. Percayakan saja kepada saya. Saya permisi." Renjun membungkukkan badannya, ia pun pergi meninggalkan Tuan Liu sendirian disana.
Renjun melangkahkan kaki nya sangat cepat, ia ingin cepat-cepat istirahat di hotel. Badannya sudah sangat lelah, karena seharian ini rapat dengan Tuan Liu. Jisung mengikuti langkah Presdir nya dari belakang.
"Presdir, Tuan Liu sudah mengirimkan filosofi nya ke email saya."
"Ya sudah, kamu beri tahu Xiaojun untuk segera mendesain Produk Tuan Liu sebagus mungkin." Renjun membuka mobilnya, lalu memasang sealbeth nya.
"Tapi Presdir, Xiaojun sedang mengambil cuti. Dan tidak mungkin dia yang mendesain produk Tuan Liu. Dia sedang menemani istrinya yang habis lahiran." ujar Jisung, ia pun menyalakan mobilnya dan mengendarainya.
"Ah, saya lupa kalau Xiaojun mengambil cuti selama dua minggu. Tidak mungkin Tuan Liu harus menunggu selama itu. Baiklah, begini saja. Kamu suruh karyawan Desain yang lain untuk segera mendesain produk Tuan Liu. Setelah mereka mendesain, suruh mereka menemui saya, dan saya akan menilai desain tersebut. Apakah pantas untuk produk Tuan Liu atau tidak." Renjun memejamkan matanya untuk tidur sebentar
Jisung melirik Presdir nya yang tampak kelelahan, "Baik, Presdir."
Jisung terus menatap Renjun yang sedang memejamkan matanya. Jisung merasa ragu untuk memberi informasi penting ini pada Renjun atau tidak. Masalahnya ia melihat Presdir nya tampak kelelahan.
"Ada yang ingin kamu sampaikan, Park Jisung?" tanya Renjun, ia membuka matanya perlahan.
"Hm, tadi Nyonya menelepon saya kalau putra anda hampir kecelakaan."
"APA?! BAGAIMANA BISA?" Jisung mendadak menghentikan mobilnya. Pria itu terkejut mendengar teriakan Presdirnya.
"Kenapa Mama tidak meneleponku!" Renjun memijit pelipisnya
"Tadi Nyonya sudah berusaha untuk menelepon Anda. Tapi ponsel anda tidak aktif. Jadi dia memberitahu saya."
Renjun langsung mengecek ponselnya, dan ternyata ponselnya tidak aktif karena kehabisan baterai.
"Kita langsung pulang ke Jilin hari ini. Saya mau melihat kondisi anak saya."
"Baik, Presdir." Jisung pun kembali menjalankan mobilnya dan langsung menuju bandara.
👨👦👨👦👨👦
"Makasih ya sudah menyelamatkan cucu saya. Saya tidak tau apa yang terjadi jika cucu saya terlambat di selamatkan. Sekali lagi terima kasih." Wanita paruh baya itu menggendong Piao Jun yang tertidur di bahu nya.
"Eh, iya, sama-sama Tante. Seharusnya anak sekecil Piao Jun tidak boleh di biarkan menyebrang jalanan sendiri. Coba tadi kalau tidak ada saya pasti dia sudah tidak selamat." Kyra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Suasana disini jadi sangat canggung.
"Iya, makasih sekali lagi. Oiya, nama kamu siapa?"
"Nama saya Kyra, Tante. Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya, Tan. Permisi." Kyra ingin pergi, tapi di tahan oleh wanita paruh baya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent | Huang Renjun [SUDAH TERBIT]✅
Fanfiction[COMPLETED] Pernahkah kalian merasakan bagaimana sakitnya dikhianati? Terlebih, pengkhianatan tersebut dilakukan oleh orang yang amat sangat kau cintai selama ini. Begitulah kisah tragis yang dialami oleh Huang Renjun yang merupakan seorang CEO muda...