"Nenek? Kemarin Tante Kyra pulang ya?" tanya Piao Jun yang sedang memakan makanannya.
Untuk saat ini keluarga Huang sedang melakukan acara sarapan bersama. Renjun berhenti mengunyah, ia menatap Piao Jun dengan tajam. Renjun sangat tidak suka jika sedang makan ada yang berbicara. Itu sangat mengganggu Renjun. Terlebih lagi yang di bicarakan putranya itu orang asing.
"Iya, kenapa?" tanya Mama Renjun, wanita paruh baya itu membereskan tempat makan suaminya. Lalu mencuci piring tersebut.
"Piao Jun! Jangan berbicara saat makan! Papa gak suka. Lebih baik kamu lanjutin makan."
"Ihhh! Jun 'kan nanya ke Nenek! Masa iya gak boleh?! Papa juga bicara saat sedang makan tadi."
Renjun tersedak, ia pun mengambil minuman lalu meminumnya.
"Papa berbicara juga ngasih tau kamu, Piao Jun."
"Sama aja! Intinya Papa berbicara saat makan 'kan?!'
"Sudah-sudah. Masih pagi udah bertengkar." lerai Pria paruh baya itu yang tidak lain adalah Papa Renjun yang sedang membaca koran.
Papa Renjun jadi tidak fokus membaca korannya, gara-gara Putra dan cucu nya yang selalu bertengkar atau berdebat di pagi hari. Selalu seperti itu, sampai dia bosan mendengarnya. Lagi pula, Renjun tidak mau mengalah sama sekali terhadap putranya kalau berdebat. Jika Piao Jun menangis kalah berdebat sama Renjun, baru saja Pria itu mau mengalah. Hadeh, ada-ada saja Anak dan cucunya ini.
"Oiya, Renjun—bagaimana keadaan Perusahaan Huang? Tidak ada masalah?" tanya Papa Renjun, sambil menyesap kopinya
"Perusahaan baik-baik saja, Pa. Oiya, Tuan Liu sudah setuju menjadi investor untuk Perusahaan Huang. Tapi sebagai gantinya dia mau Desain Produk yang bagus untuk Perusahaannya."
"Baguslah. Lakukan sesuai perintahnya. Jangan membuat Tuan Liu kecewa dengan hasil desain perusahaan kita. Kamu tau Renjun? Perusahaan Huang adalah Perusahaan terbesar dalam bidang desain identitas visual, Pemasaran, dan Periklanan."
"Aku tau, Pa. Kalau begitu Renjun pergi bekerja dulu. Oiya, Piao Jun? Maafkan Papa ya hari ini gak bisa nganter kamu ke sekolah? Soalnya Papa sedang sibuk."
Piao Jun memalingkan wajahnya. Anak laki-laki itu memakai sepatunya.
"Ck! Bukankah Papa memang selalu sibuk? Buat waktu bersama Jun saja tidak ada! Menyebalkan! Papa lebih sayang sama kertas-kertas tidak berguna itu daripada sama Jun! Nenek! Ayo, antar Jun berangkat sekolah!" teriak Piao Jun, anak kecil itu menghampiri Mama Renjun lalu menggandeng tangannya.
Renjun menggaruk kepalanya yang terasa gatal, "apa katanya? Kertas itu tidak berguna? Astaga, kalau bukan anak ku sudah aku hajar. Sabar Renjun, sabar. Kalau aku gak mengurus kertas-kertas itu memangnya dia bisa makan enak seperti ini, huh? Papa, cucu mu itu menyebalkan!" Renjun memasang wajah kesalnya pada Papa nya yang sedang fokus membaca koran.
Papa Renjun menurunkan kacamata bacanya, "Lebih baik kamu pergi bekerja sana. Dari pada membicarakan anak mu yang tidak-tidak. Lagi pula kau ini sudah menjadi orang tua seharusnya mikir, yang di katakan Piao Jun ada benarnya. Kamu terlalu sibuk Renjun. Dia membutuhkan kasih sayang orang tua. Terlebih lagi seorang Ibu. Apa kamu gak mikirin itu?"
"Sudahlah. Aku sudah tau pembicaraan ini akan mengarah kemana. Aku pergi bekerja dulu." Renjun pun pergi meninggalkan Papa nya sendirian disana. Pria itu tau kalau Papa nya akan membujuknya untuk menikah lagi. Dan Renjun belum siap. Mungkin tidak akan pernah siap.
👨👦👨👦👨👦
"Nah, makan ini." Haikal memberikan sepiring makanan untuk Kyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent | Huang Renjun [SUDAH TERBIT]✅
Fanfiction[COMPLETED] Pernahkah kalian merasakan bagaimana sakitnya dikhianati? Terlebih, pengkhianatan tersebut dilakukan oleh orang yang amat sangat kau cintai selama ini. Begitulah kisah tragis yang dialami oleh Huang Renjun yang merupakan seorang CEO muda...