Chapter 3

235K 27.4K 6.3K
                                    

PEMBUKAAN

PEMBUKAAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Papaa!"
Aksa berlari kegirangan saat melihat sosok yang ia tunggui kedatangannya akhirnya muncul juga. Anak itu berlari begitu saja, meninggalkan Angel yang duduk bersamanya.

Angel di tempatnya hanya bisa mengeratkan pelukannya pada celengan ayam yang ada di pangkuannya saat melihat interaksi Aksa dan papanya. Apa yang ia lihat sekarang, pernah ia rasakan. Saat bagaimana ia begitu nyaman bersandar di pundak kokoh papanya saat digendong.

Tiba-tiba, terbesit keinginan Angel ingin seperti itu lagi.

"Pa, hari Kamis besok Papa disuruh datang. Papa harus datang pakai baju baru, sepatu baru, pokoknya nanti Papa harus yang paling keren."

Suara antusias Aksa terdengar sampai telinga Angel. Sontak itu membuka kenangan-kenangan bersama papanya. Kenangan tentang papanya yang selalu menuruti keinginannya.

"Pasti. Mau langsung pulang atau mampir dulu?"

"Pulang aja, Pa. Mau ngelatih berantem ganda putra biar pinter tawuran."

Angel menutup matanya saat kebersamaan Aksa dan papanya menjadi momen yang menyakitkan untuknya. Membangkitkan rasa sesak dari rindu tanpa pertemuan.
Hingga akhirnya Angel menyerah pada janjinya. Ia menangis tanpa suara. Mengingkari janjinya pada Daniel untuk tidak menangis lagi.

Janji itu terlalu berat untuknya.
Terlalu menyesakkan dada.
Terlalu membebankan pundak kecilnya.

"Non Angel kok nangis?" Pak Kardi sopirnya yang baru saja datang, menepuk pelan pundak kecil Angel. Pria paruh baya itu jongkok dihadapan anak kecil yang sudah ia anggap seperti cucunya sendiri.
"Kenapa? Ada yang jahatin Non Angel? Bilang sama Pak Sopir."

"Nggak. Pengin ketemu papa. Kangen ... hehe." Angel menjawab dengan gaya lugu khasnya lalu mengusap kasar air mata dengan punggung tangannya.

Pak Kardi trenyuh, ikut larut dalam kesedihan malaikat kecil di hadapannya. Beban yang sangat berat untuk Angel. Mengingat bagaimana manja dan dekatnya anak itu dengan mendiang papanya. Sangat sulit untuk memahami dan belajar ikhlas dengan kehilangan.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang