Chapter 4

224K 26.7K 6.3K
                                    

P E M B U K A A N

*Jangan lupa jemput Tears in Heaven di toko buku kesayanganmu ❤

*Jangan lupa jemput Tears in Heaven di toko buku kesayanganmu ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Itu gengnya si ompong, Pa. Tinggi-tinggi, putih, mana masih muda lagi." 

"Terus?"

"Lah geng kita ...." Aksa menatap teman makannya; papa Rivaldo, Om Rivaldi, Om Devano,  Kakek Bram dan Kakek Langit.

"Uhuk uhuk."

Sontak ucapan lugu Aksa membuat semuanya tersedak berjamaah. Suara batuk saling bersahutan. Mereka langsung mengambil minuman masing-masing dan meneguknya cepat untuk menghentikan batuk dadakan yang menyerang mereka.

"Ekhem." Rivaldo berdehem keras saat bibirnya sudah gatal ingin memprotes ucapan Aksa. Tapi Rivaldo harus sadar diri. Tidak ada gunanya mendebat seorang Aksa Keanu Januar. Berdebat dengan anak itu tidak baik untuk kesehatan. Tekanan darahnya bisa naik atau bisa juga berakibat fatal seperti serangan stroke. Apalagi Aksa putranya, darah dagingnya, hasil goyangannya. Tidak mungkin ia menghujat anak itu. Menghujat Aksa sama dengan menghujat dirinya sendiri sebagai produsennya.

"Maksudnya gimana, nih, Sa? Om sama yang lain tua, gitu?" tanya Rivaldi memperjelas. Pria itu nampak acuh saat Rivaldo memberi tatapan penuh peringatan padanya.

"Iya. Geng kita nggak ada apa-apanya dibanding geng si ompong! Mereka larinya kenceng, mana ganteng-ganteng. Gimana, sih, ini tuh salah Papa! Nggak bisa bikin kakak buat Aksa!" gerutu Aksa penuh kekesalan lalu meraih dot susu yang selalu ia bawa kemana-mana. Anak itu mengedot penuh semangat untuk menyalurkan kekesalannya. Saking semangatnya, susu dalam dotnya muncrat kemana-mana.

Rivaldo meraih tisu dan menyapukan ke bibir Aksa setelah anak itu menyerahkan dot kosong padanya.
"Pokoknya ini salah papa!"

"Iya, iya, ini salah Papa," ujar Rivaldo mengalah.

"Aksa masih kecil masa udah bikin geng. Itu kan nggak baik," celetuk Bram.

"Aksa nggak mau kalah sama si ompong! Nggak mau."

"Iyain aja, Pi. Ribet urusannya kalau ribut sama tuh anak. Nggak kelar-kelar," pesan Rivaldo pada Bram.

"Keturunan lo gini amat, Do, Do. Belagu. Ngakunya ketua geng, masih ngedot. Itu gimana ceritanya nanti pas tawuran?" Devano buka suara.

"Ajaran bapaknya yang nggak ada akhlak," balas Rivaldi membuat Rivaldo mengumpat dalam hati.

Di lain tempat, Daniel mengulum senyum saat melihat senyum Angel mengembang sempurna. Keramaian selalu sukses membuat Angel sejenak melupakan tentang segala kesedihannya. Untuk itu, Daniel selalu meminta anak-anak SAVAGE agar sering bermain dengan Angel. Untung saja sahabat-sahabat tercinta mau dan memahami keadaan.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang