Chapter 7

200K 25K 5.8K
                                    

P E M B U K A A N

Emot buat part ini dong ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat part ini dong ❤

Sesuai dengan kesepakatan bersama kakaknya-Rizal-Angel terlihat begitu antusias saat Rizal sudah pulang. Rasanya Angel sudah tidak sabar ingin mengayuh sepeda agar bisa pergi kemanapun tanpa merepotkan siapapun. Angel benar-benar ingin mandiri dalam segala hal sebagai bentuk persiapan sebelum satu per satu orang meninggalkannya. Sendiri.

"Jadi kapan kita belajar, Kak? Angel udah nggak sabar. Hehehe." Angel membuntuti Rizal yang memasuki rumah. Anak itu ikut duduk saat Rizal duduk di sofa untuk melepas sepatu dan kaus kakinya.

"Kakak ganti baju dulu, ya. Tunggu di sini sebentar."

Angel mengangguk patuh. Saat Rizal meninggalkannya, anak itu melepaskan celengan ayam yang terus ia peluk sedari tadi. Dengan penuh kehati-hatian, Angel membaringkan celengan ayamnya di sofa.

"Ayo, Ngel! Kita belajar naik sepeda di halaman depan," ajak Rizal yang kembali muncul.
Angel pun berlari mengejar kakaknya. Anak itu berdiri di halaman depan saat Rizal mengatakan akan mengambil sepeda mini milik Shella dulu.

"Roda kecilnya udah dilepas, Ngel. Kakak nggak bisa pasangnya. Belajarnya entar aja, ya, nunggu ada yang bisa pasangin. Ntar kalau nggak ada roda kecilnya bahaya. Bisa-bisa kamu jatuh," ucap Rizal yang datang menuntun sepeda mini berwarna merah muda.

Angel terdiam. Ujung-ujungnya pasti berurusan dengan Daniel. Padahal Angel tengah belajar untuk tidak terlibat dengan Daniel yang cepat atau lambat akan meninggalkannya.
"Nggak papa, Kak. Sekarang aja. Angel janji, Angel nggak bakalan nangis kalau jatuh."

"Tapi-"

"Kak Rizal udah janji lho."

Akhirnya Rizal mengangguk lemah.
"Iya udah kakak pegangin terus sepedanya biar nggak jatuh. Kita belajarnya pelan-pelan aja."

Rizal pun mulai menjelaskan secara singkat pada adiknya tentang beberapa bagian dari sepeda dan cara aman untuk mengoperasikan. Fokus penjelasan Rizal ada pada rem tangan dan pedal. Selama kakaknya menjelaskan, Angel memaksa diri untuk fokus dan bisa memahami.

"Sekarang kamu kayuh pedalnya. Pelan-pelan aja, ya."

Begitu kaki mungilnya berhasil mengayuh sekali dan sepeda bergerak pelan, senyum Angel mengembang sempurna. Hal itulah yang memicunya untuk lebih kuat dan cepat dalam mengayuh sepedanya. Angel tidak tahu saat sepeda itu melaju semakin cepat, Rizal yang belum melepaskan sepeda dari tangannya semakin kesulitan. Rizal sama sekali tidak protes saat ia harus berlari untuk mengimbangi laju sepeda yang dikendalikan oleh Angel.

"Yeay! Angel bisa naik sepeda sendiri!" seru Angel kegirangan setelah puas mengendarai sepedanya selama hampir sepuluh menit.

Rizal menyeka keringat yang membanjiri wajahnya. Ia duduk di dekat sepeda untuk mengatur napasnya yang putus-putus.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang