P E M B U K A A N
***
"Papa ... apa kabar? Angel kangen sama papa. Katanya, celengan ayam juga kangen dikasih makan sama papa. Pa, tadi di sekolah Angel dapat dua bintang. Satu buat mama, yang satu Angel simpen nanti buat papa. Pa ... kok papa meninggal? Di sekolah, cuma Angel yang ditinggal papanya. Semuanya punya papa. Angel nggak. Tuhan nggak sayang sama Angel, ya? Buktinya papanya Angel diambil."
Angel menatap batu nisan yang berukirkan nama papanya. Tangan mungilnya terulur, mengusap pelan nisan itu. Anak itu memainkan imajinasinya dengan baik. Berandai jika nisan yang tengah ia sentuh adalah papa Juan yang sudah pergi meninggalkannya.
"Kudanil ...." Angel mendongak menatap penuh duka pada kakak yang jongkok di sampingnya.
Daniel yang melihat bagaimana rapuhnya seorang Angel pun mengulurkan kedua tangannya. Tubuh mungil Angel ia angkat bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang kini berdiri tegap. Begitu menyamankan posisi Angel dalam gendongannya, Daniel memberikan dukungan lebih lewat usapannya di punggung kecil Angel.
"Kudanil kenapa papa meninggalnya nggak nunggu Angel gede? Angel kan masih kecil. Masih pengin digendong sama papa, kayak temen-temen."
Daniel tersenyum menguatkan Angel bersamaan dengan Damian yang juga bangkit dari posisi jongkoknya. Damian melangkah mendekati Daniel. Sepasang tangannya terulur, memberi isyarat mengambil alih Angel dari gendongan kembarannya.
"Angel udah makin berat, ya? Udah gede sekarang," ujar Damian yang diangguki oleh Angel.
"Kak Mian juga makin gede. Tambah tinggi juga."
"Kalau gede nanti mau jadi apa hm?" tanya Damian lembut seraya menyelipkan rambut Angel yang menutupi wajah anak itu.
"Dulunya pengin ketemu papa di surga. Tapi sekarang Angel udah tahu ... itu nggak mungkin. Sekarang Angel nggak tahu mau jadi apa. Jadi apapun Angel mau, asal jangan ada yang pergi lagi. Cukup satu kali. Angel nggak mau ditinggal dua kali sama orang yang Angel sayang."
Daniel, Shella, dan Rizal yang juga mendengar jawaban Angel, menatap ke arah adiknya yang masih sangat lugu.
Damian baru saja akan membuka suara ketika Angel kembali berbicara. Damian mengalah, membiarkan Angel untuk berbicara lagi."Kak Mian, Angel jarang minta apa-apa sama Kak Mian. Boleh Angel minta sesuatu?"
Tak mengatakan sepatah kata pun, Damian mengangguk pelan.
"Kak Mian jangan bawa Kudanil pergi kuliah jauh, ya! Angel butuh Kudanil. Setelah papa nggak ada ... Kudanil udah kayak papa buat Angel. Kalau Kak Mian sama Kudanil pergi semua, siapa yang bisa Angel anggap sebagai pengganti papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears In Heaven
Teen Fiction"Kudanil, Tuhan nggak sayang Angel, ya?" "Kok ngomongnya gitu?" "Buktinya papanya Angel diambil. Angel, kan, jadi sedih." "Nggak gitu, Ngel. Semuanya sayang Angel. Nanti kalau udah gede Angel bakalan ngerti. Sekarang Angel bobok, ya?" Angel meng...