Chapter 24

172K 24.5K 15.3K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKSA KEANU JANUAR

AKSA KEANU JANUAR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Kak Daniel enggak ke sini, Kak?" tanya Barra. Anak itu duduk di sebelah kakaknya.

"Kakak enggak tahu. Mungkin agak siangan," jawab Angel. Dengan keadaan yang sudah sedikit berbeda, Angel tidak menaruh harapan lebih pada kedatangan kakaknya. Ia tidak ingin memperburuk hubungannya dengan sang kakak ipar yang belakangan ini semakin cemburu padanya. Tak hanya padanya, pada Barra pun demikian.

"Semoga dateng, ya. Kemarin udah janjian. Katanya Kak Daniel mau beliin aku sepeda.  Sekolahku kan deket, lebih enak naik sepeda," ucap Barra.

Angel tersenyum ke arah adiknya yang sudah duduk di bangku kelas 1 SMP. Kata mommy-nya, kecerdasan Barra hampir menyamai almarhum papa Juan dan Damian. Angel tidak meragukan kecerdasan adiknya. Prestasinya sejak di sekolah dasar sudah sangat meyakinkan apalagi Barra dididik langsung oleh Damian. Barra tumbuh menjadi remaja yang mengagumkan. Tangguh, patuh, dan begitu disayangi keluarga. Menyayangi Barra adalah cara terbaik untuk mengenang kepergian Juan.

"Mommy kemana?"

"Ada di belakang. Lagi masak sama bibi sama Kak Shella juga. Mommy masak banyak hari ini soalnya tadi malem aku bilang kalau Kak Daniel mau ke sini. Kak Angel telepon Kak Daniel dong. Tanyain gitu, udah otw belum," pinta Barra.

Meski umurnya akan menginjak tahun ke 12, Barra memang belum memiliki ponsel sendiri. Bukan karena tidak dibelikan, tapi anak itu yang menolak. Ia merasa belum terlalu membutuhkan. Laptop miliknya sudah sangat mencukupi kebutuhan akademik. Lagipula ia tidak memiliki banyak waktu untuk bermain ponsel. Sama seperti Damian, anak itu menaruh minat di seni lukis. Waktu senggangnya banyak dihabiskan untuk itu.

"Sebentar, Kakak telepon Kudanil dulu." Angel meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Cewek itu menjauh dari Barra agar obrolannya tidak dicuri dengar.

Percobaan pertama gagal. Tidak ada jawaban. Angel mencoba sekali lagi. Jika percobaan keduanya masih tidak ada jawaban, Angel akan berhenti. Mungkin kakaknya masih sibuk walaupun ini hari Minggu.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang