Chapter 10

204K 22.3K 8.1K
                                        

P E M B U K A A N

Emot buat part ini dong ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Emot buat part ini dong ❤


***

"Lewat sini, Ngel. Pelan-pelan aja, kakimu kan masih sakit," ujar Akbar seraya menarik pelan tangan Angel yang tak kunjung dilepas dari genggamannya. Angel mengangguk, mengiyakan apapun intruksi dari Akbar. Anak itu sudah percaya pada Akbar.

Aksa yang berjalan di belakang mereka, mengepalkan tangan kuat-kuat ingin menikam Akbar dari belakang, yang berani menggenggam tangan Angel. Tidak boleh! Seharusnya, hanya ia yang boleh melakukan itu. Orang lain apalagi Akbar yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya, dilarang keras!

Aksa pun melepaskan dot susunya. Membiarkan dotnya menggantung di leher sebelum berjalan cepat menyalip mereka.

"Aksa anak setan ngapain di situ? Minggir!" usir Angel terang-terangan pada Aksa yang berdiri di hadapannya.

Aksa menggeleng tegas. Menolak keras untuk minggir karena niatnya memang menghadang Angel. Kedua tangannya direntangkan membentuk benteng penghalang saat Angel dan Akbar terus saja melangkah, tidak peduli dengannya.

Tak kehabisan akal, Aksa pun melangkah tergesa-gesa mendekati mereka. Tanpa meminta persetujuan, anak itu melepas paksa tautan tangan Angel dan Akbar. Pundak kecil Akbar didorong untuk menjauhkan anak itu dari Angel ompongnya.

Angel mengembungkan pipinya. Anak itu berniat berlari ke arah Akbar. Sayang, gerakannya dibaca baik oleh Aksa. Belum sempat ia berlari, tangan mungilnya sudah diraih oleh Aksa. Digenggam erat-erat, takut kehilangan.

"Kamu nggak butuh Akbar, Pong. Sama aku aja. Cuma gandeng, kan? Nih aku bisa. Kemarin malah digendong, kan?" ucap Aksa untuk menghentikan Angel yang berusaha melepaskan genggaman tangannya.

"Aksa kamu—"

"Diem kamu, Bar! Ini urusan permama papaan. Kamu jangan ikut campur, mending pulang aja sana. Nanti Angel biar sama aku aja."

"Tapi Akbar mau nemenin Angel sampai dijemput Pak Sopir," protes Angel.

"Aku aja yang nemenin, Pong," balas Aksa seraya membenarkan letak jepit rambut Angel yang hampir terjatuh.
Perlahan, genggaman tangan Aksa mengendur. Anak itu menarik Angel untuk ikut dengannya. Tentu saja Aksa tahu kemana harus membawa Angel pergi.

"Duduk di sini, jangan di situ, Pong. Panas. Entar kamu gosong," titah Aksa meminta Angel untuk pindah. Aksa menepuk tempat yang sebelumnya sudah ia bersihkan untuk Angel. Tak banyak membantah, Angel pun bergerak mematuhi titah Aksa.

"Panas, ya, Pong?" tanya Aksa yang sudah mengulurkan tangannya untuk menyeka keringat yang membanjiri wajah Angel.

"Banget. Kayak di neraka."

"Emang pernah ke neraka?"

"Belum. Tapi katanya panas."

"Iya sih. Besok kalau gede kita ke sana bareng-bareng, Pong. Penasaran. Sepanas apa, sih, di sana."

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang