Chapter 5

215K 25.3K 3.4K
                                    

P E M B U K A A N

Emot buat part ini ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat part ini ❤

***

"Kudanil yang ngajarin Angel buat nggak bohong. Tapi Kudanil bohongin Angel. Mulai sekarang ... Angel nggak percaya lagi sama Kudanil," ucap Angel penuh kekecewaan.

Perlahan, Angel mengurai pelukan Daniel hingga benar-benar terlepas. Kakinya melangkah pelan ... mundur untuk menjauh saat Daniel hendak meraih tubuh Angel kembali. Angel tak ingin tergapai. Kekecewaan pertama Angel pada kakak yang selalu menjadi panutannya di setiap langkah. Mungkin ... kecewa saja belum cukup. Ini lebih dari itu. Angel sulit menjabarkannya.

Air mata, raut kekecewaan, dan penolakan Angel membuat Daniel merasa kehilangan sebagian jiwanya. Cowok itu memejamkan mata menikmati sesak di dadanya. Setelah sejauh ini, setelah sedalam ini, dan setelah apa yang ia lakukan hanya untuk Angel, seolah tidak ada artinya. Pada akhirnya hanya kebencian yang memenangkan hati Angel untuknya. Daniel mengaku kalah dan menyerah pada kasih sayang yang nyatanya membuat orang yang ia sayang terluka.

Daniel menutup kedua telinganya rapat-rapat saat suara tangis Angel terdengar.

"Kalian bawa Daniel, biar gue yang bawa Angel," titah Putri pada anak-anak SAVAGE.

Awalnya Daniel berniat memberi kejutan pada Angel dengan kehadirannya. Tak tanggung-tanggung, Daniel mengubah penampilannya menyerupai Juan dan membawa serta Putri dan sahabat-sahabatnya. Demi Angel, mereka rela bolos sekolah. Daniel pikir kedatangannya mampu mengusir perasaan sedih Angel, ternyata tidak. Semuanya kacau.

"Angel ... ini Kak Putri. Sini sama kakak," ucap Putri dengan suara lembut.

Angel melangkah mundur, kepalanya menggeleng memberi sinyal penolakan. Anak itu tidak butuh siapapun. Hanya celengan ayam yang ia butuhkan saat ini.

"Angel nggak mau dibohongi lagi."

"Nggak. Kak Putri nggak bohongin Angel. Sini, sama kakak."

"Nggak mau." Angel tetap menolak.

"Biar saya aja yang nenangin Angel." Bu Elina yang baru datang, menawarkan diri.

"Niel." Sean yang jongkok di hadapan Daniel, menepuk pelan pundak cowok itu hingga Daniel mengangkat kepalanya.

"Siapapun tolong bilang ke Angel kalau apa yang gue lakuin itu buat kebaikan Angel. Cara gue emang salah, tapi ...." Daniel tidak melanjutkan kalimatnya.

Sean menyodorkan pundaknya untuk Daniel. Mungkin saat ini Daniel butuh sandaran. Setangguh apapun sosok Daniel, selalu lemah jika menyangkut keluarganya. Daniel pun menenggelamkan wajahnya di pundak Sean.
Ia menangis dalam diam. Melepaskan rasa sesak dan nyeri di dadanya.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang