Chapter 29

163K 22.3K 15.6K
                                        

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Emot buat part ini ❤
***

Sean yang baru saja mengecek ponsel untuk mengetahui posisi Angel, mengernyit bingung. Pukul 23.30, ponselnya tidak salah, kan? Posisi Angel di rumah Daniel. Tidak biasanya Angel di sana malam-malam begini. Menginap? Sean ragu dengan kemungkinan itu, mengingat hubungan antara Angel dan Putri sedang tidak baik-baik saja.

Tak mau terjebak terlalu lama oleh rasa penasarannya, Sean pun langsung menghubungi Angel. Tiga kali percobaan, tidak ada jawaban. Sean pun beralih menghubungi Daniel. Sama seperti Angel, Daniel pun tidak menjawab panggilan darinya. Tentu itu membuat Sean semakin tidak tenang. Tanpa pikir panjang, Sean meraih jaket dan kunci mobilnya untuk memastikan jika Angelnya baik-baik saja di sana.

Meskipun tengah terburu-buru, Sean tetap memusatkan konsentrasinya pada mobil yang ia kemudikan. Jalanan yang tidak padat membuatnya bebas melaju kencang. Untungnya rumah Daniel tidak jauh dari apartemen yang ia tinggali. Tak sampai lima belas menit, Sean sudah sampai di sana.

Benar. Angel di sana, berdiri membelakanginya di teras rumah Daniel bersama Pak Kardi yang menemaninya. Bergegas Sean turun dari mobil dan menghampiri keduanya.

"Siapa yang bikin kamu nangis kayak gini?"

Angel tersentak kaget saat tangan berotot menyentuh wajahnya. Menyeka air matanya dengan gerakan lembut. Angel mengangkat wajahnya hingga tatapannya bertemu dengan mata Sean yang menatapnya penuh kekhawatiran.

"Kak Sean kok bisa di sini?"

"Aku nggak ada alasan selain kamu, Ngel. Apa Putri yang bikin kamu nangis?"

Kepala Angel menggeleng pelan. Tangannya terangkat untuk meraih tangan milik Sean yang masih setia di wajahnya. "Aku nggak nangis, Kak. Kayaknya kehujanan, jadi basah. Kak Sean nggak perlu khawatir. Aku baik-baik aja."

Sean tersenyum masam. Telunjuknya mendarat di bibir Angel. "Semakin hari kamu semakin pinter bohong. Nggak cuma bohongin orang yang peduli sama kamu, kamu juga bohongin diri kamu sendiri."

"Udah malem, Kak. Apa nggak sebaiknya kita pulang?" tanya Angel untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku harus ngomong sama Daniel."

Melihat Sean hendak memencet bel, Angel bergerak cepat untuk menahan pria itu. "Jangan, Kak. Nanti malah tambah runyam. Pikirin Kak Putri yang lagi hamil. Aku mohon."

Sean lemah jika Angel sudah memohon padanya. Ia paling tidak bisa menolak Angel. Helaan napasnya terdengar. Dengan sangat terpaksa ia kembali menunda untuk berbicara pada Daniel tentang masalah ini.
"Oke aku nurut apa maumu. Sekarang kita pulang. Biar aku yang anterin kamu."

"Aku pulang sama Pak Kardi aja. Kak Sean langsung balik ke apartemen aja," tolak Angel secara halus.

"Aku buntutin mobil kalian buat mastiin kamu baik-baik aja sampai rumah," putus Sean final.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang