Chapter 17

184K 21.9K 8.6K
                                        

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


***

"Saatnya ku harus berubah."

"I want to be a fakboi."

Astagfirullah.
Rivaldo yang baru sampai di depan pintu, mengelus dadanya mendengar potongan lirik yang tengah dinyanyikan putra sulungnya—Aksa Keanu Januar. Sebelum masuk, Rivaldo menarik napas dalam-dalam. Kedatangannya disambut oleh Aksa yang tengah joget-joget tidak jelas di ruang tamu.

Kedatangannya seperti tidak disadari oleh Aksa. Anak itu terus joget membelakanginya. Satu tangannya memegangi dot susu. Joget sambil ngedot. Begitu dot terlepas dari mulut, potongan lirik legend kembali keluar. "I want to be a fakboi."

Rivaldo duduk di sofa. Keningnya ia urut untuk meredakan sakit kepala yang menyerang. Capek baru pulang kerja, malah disambut kekaleman tunggal putranya. Pria itu menatap sekitar. Seperti biasa, ruang tamunya seperti habis diterjang bencana. Mainan milik Aksa berserakan dimana-mana. 10 keranjang mainan memenuhi ruang tamu rumah 15 M-nya.

"Udah, Sa. Papa pusing liat kamu," tegur Rivaldo setelah menjatuhkan jasnya di sofa.

Gerakan joget Aksa terhenti setelah mendengar teguran itu. Anak itu menoleh ke arah sumber suara dan langsung berlari ke arah Rivaldo. Baru satu langkah, anak itu jatuh tersungkur setelah kakinya menginjak robot mainan. Dengan penuh rasa khawatir, Rivaldo menghampiri Aksa. Tak mengatakan apapun, Rivaldo meraih tubuh Aksa dan membawanya ke sofa.

"Mana yang sakit hm?" tanya Rivaldo setelah mendudukkan Aksa di sofa.

"Nggak ada yang sakit, Pa. Cuma jatuh, udah sering," balas Aksa.

"Lain kali hati-hati kalau lari biar enggak jatuh. Jangan bikin Papa khawatir," ucap Rivaldo seraya menyeka keringat yang membanjiri wajah putranya.

"Papa tumben udah pulang?"

"Papa kan bos, bebas mau pulang jam berapa."

"Oh iya, lupa akutuh."

"Mama ke mana?"

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang