Chapter 12

192K 21.5K 6K
                                    

P E M B U K A A N

Emot buat part ini ❤***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat part ini ❤
***

Ponsel milik Daniel yang tergeletak di bangku panjang terus saja berdering. Sepertinya deringan itu tidak sampai ke telinga pemiliknya. Buktinya Daniel tidak terusik. Cowok itu tetap sibuk berebut bola basket bersama cewek yang terus saja menggerutu di sepanjang pertandingan.

"Masih belum ngaku kalah?" tanya Daniel mengejek Putri yang begitu gigih ingin mengalahkannya. Jelas-jelas poin Putri tertinggal jauh darinya. Tipis kemungkinannya cewek itu bisa menang melawannya.

Putri mengerucutkan bibirnya. Lengan kaus olahraga yang ia kenakan digulung sebelum cewek itu mengejar bola. Daniel mengulum senyum. Menikmati wajah kelelahan Putri yang tengah mendribble bola sebelum ditembakkan ke ring. Daniel langsung melompat dengan satu tangan diangkat tinggi untuk menghalangi bola yang Putri tembakan. Aksinya sukses menggagalkan serangan Putri. Kegagalan kembali menghampiri Putri saat tangan Daniel berhasil menghalangi bola.

"Rese!" kesal Putri saat Daniel menertawai kegagalannya.

Daniel yang sudah berdiri di samping Putri, sedikit membungkukkan badannya untuk mendekatkan bibir ke telinga Putri. Lantas cowok itu berbisik, "Terimakasih pujiannya."

Bisikan yang sukses merubah suasana hati Putri. Ada bunga bermekaran di hati. Apalagi setelah ia merasakan lengan Daniel yang melingkari punggung sampai ke pundaknya.
"Nggak usah gini bisa, kan? Inget, kita cuma temen," peringat Putri.

"Makanya terima gue jadi pacar lo. Digantungin mulu. Udah kayak sempak dijemur."

"Perumpaannya nggak ada yang lebih keren?" Putri mendongak menatap Daniel yang jauh lebih tinggi darinya.

"Iman gue lemah kalau sama lo, Put," ujar Daniel lalu melangkah menjauhi Putri membawa kesalah tingkahannya.
Daniel melangkah menuju bangku panjang. Tempat dimana seragam sekolah, tas, ponsel, dan botol minumnya berada. Satu botol ia lempar ke atar Putri dan satu untuknya.

Mata Daniel melirik ke arah ponsel saat ia sibuk meneguk minumannya. Ia langsung tersedak melihat banyak panggilan tak terjawab dari kembarannya.

"Lo nggak papa?" tanya Putri.

Daniel menepuk dadanya seraya memikirkan kemungkinan Damian meneleponnya berkali-kali. Hingga wajah Angel melintas di pikirannya dan Daniel ingat sesuatu. Ia lupa menjemput Angel.

"Gue lupa jemput Angel, Put!" panik Daniel. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 17.00. Ia sudah terlambat setengah jam. Biasanya Angel pulang mengaji pukul 16.30. Daniel yang terlalu asyik bermain bersama Putri ... melupakan janjinya pada Angel.

"Iya, tapi lo tenang. Jangan panik gini," pesan Putri.

"Gue cabut duluan, lo pulang sendiri nggak papa?"

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang