Chapter 15

191K 20.6K 6.6K
                                        

P E M B U K A A N

Aksa Angel bisa kamu jemput di toko buku 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aksa Angel bisa kamu jemput di toko buku 🥰


°°°

Mimpi bertemu untuk berpisah dengan Papa Juan, cukup mengusik ketenangan Angel. Seminggu berlalu, nyatanya ingatan tentang mimpi itu terus menghantui. Memberikan rasa cemas dan takut beradu dalam satu waktu. Angel diam. Tidak mengungkapkan tentang gangguan tidur dan ketakutannya saat memejamkan mata. Anak itu menikmati itu semua sendiri. Ia anggap semuanya baik-baik saja. Ia tidak memiliki kekuatan lebih untuk menceritakan luka. Diam lebih baik.

Angel duduk di ranjang. Kedua tangannya yang dingin meremas sprei kuat-kuat. Selama beberapa detik, ia hanya diam dengan tatapan lurus untuk mengatur napasnya yang sempat tersengal-sengal. Beberapa menit yang lalu, mimpi mengerikan itu kembali datang. Mimpi yang membuat debaran di dadanya semakin menggila, tubuhnya memanas, dan memperkuat rasa takutnya. Sehebat itulah pengaruh mimpi itu untuk Angel.

Bayangan saat Juan melambaikan tangan sembari mengusung senyum dan disusul salam perpisahan yang begitu manis membuat Angel menggelengkan kepala. Ia tengah berusaha mengusir bayang menyesakkan itu dari pikirannya.

Satu dari tujuh celengan yang menemani tidurnya, diraih. Bola matanya berputar dengan gerakan lambat, mengamati sekitar kamarnya. Malam ini Angel memang tidur di kamarnya sendiri. Kepalanya bergerak saat menangkap suara dari arah pintu kamar. Angel memicingkan mata, menunggu dengan perasaan kalut siapa yang berusaha masuk ke kamarnya. Hanya selang beberapa detik saja rasa penasarannya terjawab. Ternyata kakak sulungnya, Damian. Kedatangan Damian cukup mengejutkan.

Masih mempertahankan wajah tanpa ekspresinya, Damian melangkah mendekati Angel. Lantas cowok itu duduk di tepi ranjang dan menyodorkan segelas air putih yang ia bawa.

"Mimpi buruk?" tanya Damian saat Angel mengembalikan gelas yang setengah dari isinya sudah diteguk. Begitu mengamankan gelas di nakas, tangan Damian terulur penuh ragu ke wajah Angel. Mendarat di kening yang dibanjiri keringat. Dengan gerakan kaku, Damian menyeka keringat di sekitar wajah adiknya.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang