Part. 22

1.6K 144 61
                                    

Suara langkah kaki Yuta menggema di seluruh ruangan, niatnya ingin menemui sang ayah sudah pupus. Ayahnya sudah kembali ke kantornya karena ada rapat mendadak. Hal ini sudah sangat biasa, mengingat ayahnya adalah pemilik perusahaan no 1 di Korsel. Ia memutuskan untuk menghampiri satu-satunya adik yang masih tersisa di mansion mewah itu.

Yuta membuka pintu kamar sang adik dengan perlahan, ia mengusap lembut surai adiknya yang sedang menatap kosong kearah luar.

"Winwinie, sudah makan? "

Suara Yuta memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka. Winwin tersenyum manis, lalu mengangguk pelan.

"Hyung, aku ingin seperti mereka yang bisa bermain dengan bebas diluar, " Winwin menundukkan kepalanya, perlahan air matanya mengalir menghiasi pipi mulusnya.

Yuta, ia adalah kakak yang paling tidak tega jika melihat adiknya menangis. Apalagi jika yang menangis itu adalah adiknya yang paling rapuh, Winwin. Ia menarik adiknya kedalam pelukannya ia mengelus lembut punggung adiknya yang berguncang hebat.

"Tenang saja adikku setelah ini kau bisa merasakan semua itu, jangan menangis ne, "

Dalam sekejap Winwin langsung menatap ke kedua mata Yuta yang terlihat sangat meyakinkan.

"Benar hyung? Kau tidak bohong? " Tanya Winwin dengan mata yang penuh dengan air mata.

Yuta memegang kedua pipi adiknya, jarinya menghapus air mata yang menghiasi kedua mata adiknya. "Hyung tidak bohong, "

"Walaupun jika harus mengorbankan Jaehyunie? Apakah hyung masih bisa berjanji?" Tanya Winwin dengan tatapan meminta kepastian.

"Hyung kan bisa mencarikanmu donor yang lain hmm, " Sebenarnya Yuta sangat menginginkan Winwin bisa tersembuh dari penyakitnya, tetapi jika ia harus mengorbankan salah satu adiknya untuk adiknya yang lain ia akan berpikir dua kali. Apalagi berkat ucapan Doyoung, ia menjadi berpikir tiga kali untuk mengorbankan Jaehyun.

"Tapi hyung, aku tidak mau menunggu lebih lama lagi! Hyung tidak mau melihatku sembuh? Atau hyung lebih menyayangi Jaehyun? " Winwin mulai berteriak ia mendorong tubuh Yuta dengan sekuat tenaga, untung saja Yuta hanya terhuyung sedikit.

"Dengarkan hyung Winwin, hyung sangat ingin kamu sembuh tetapi hyung tidak bisa mengorbankan Jaehyun juga, " Yuta mendekati Winwin, tetapi adiknya itu malah menjauhinya.

"JIKA KAU MENYAYANGI JAEHYUN, PERGILAH DARI KAMARKU HYUNG! AKU TIDAK MEMBUTUHKANMU! " Winwin berteriak dihadapan kakaknya.

Yuta tak tau keputusannya ini benar atau tidak. Ia pun masih bingung dengan perasaannya sendiri. Ia memutuskan untuk mendekati Winwin lalu memeluknya, Winwin berhenti memberontak setelah mendengar ucapan Yuta.

"Hyung menyayangimu, lebih dari apapun, "

Setelah Winwin tenang ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk menenangkan diri. Tanpa ia sadari setelah ia menutup pintu kamar adiknya, Winwin tersenyum sinis lalu mengambil ponselnya yang ia sembunyikan di bawah tempat tidurnya.

"Eomma tugasku selesai, setelah ini apa yang harus ku lakukan? "

Sementara itu Yuta dikamarnya hanya merenungkan semua yang terjadi hari ini, belum lagi berkas pekerjaannya yang menumpuk. Ia memutuskan untuk mengambil sebuah bingkai foto yang menampakkan sebuah keluarga bahagia di dalamnya. Perlahan air matanya menetes, ia merindukan kembarannya, ia merindukan keluarganya yang dulu dan jauh di dalam lubuk hatinya ia juga merindukan Jaehyun, adiknya yang sudah lama menghilang.

[END]Bad Brother -LTY . JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang