Hari yang sangat cerah, tetapi tidak dengan hati Taeyong. Anak itu terlihat sangat murung setelah perdebatannya dengan Jaehyun. Dongwook, Suho, dan Yuta memutuskan untuk pulang lebih awal saat Doyoung memberitahu mereka bahwa Jaehyun tidak ada di rumah.
Bertanya kepada Taeyong pun rasanya mustahil, karena anak itu hanya mengurung dirinya di kamar. Hal itu membuat semuanya semakin khawatir dengan keadaannya.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu yang tak mendapatkan respon itu tak henti-hentinya terdengar. Seorang pria dengan nampan berisi nasi itu masih setia berdiri di depan pintu kamar. Ia khawatir dengan Taeyong yang sejak kemarin tidak keluar dari kamarnya.
"Hyung, makanlah. Aku yakin Jaehyun pasti akan ketemu, " Ucap Mingyu yang tak pernah lelah membujuk Taeyong untuk mengisi perutnya.
"Hyung, aku yakin jika nanti uri woojae sudah pulang dan melihatmu yang seperti ini, dia akan sangat sedih. Hyung mau melihat uri woojae sedih? "
Ia tak pernah kehabisan kata-kata untuk membujuk pria berparas anime itu. Samar-samar ia mendengar suara is akan dari dalam kamar itu, ia sangat prihatin dengan keadaan Taeyong walaupun tak dapat dipungkiri ia juga mengkhawatirkan keadaan Jaehyun.
"Mingyu-ya, mengapa ia tak bisa melihat ketulusanku? Wae Mingyu-ya? Penantian yang panjang ini dan seluruh usahaku, apakah itu tak cukup untuknya?"
Gumaman itu masih bisa di dengar oleh Mingyu dari balik pintu, perlahan ia meneteskan air matanya. Walaupun ia sadar, ia belum mengenal pria yang ada di dalam kamar itu dengan baik tetapi ia dapat merasakan betapa sesaknya dada pria itu.
"Hyung dengarkan aku, uri woojae pasti mempunyai alasan hyung. Dan jauh di dalam lubuk hatinya pasti dia sangat menyayangimu hyung, hanya saja mungkin dia memiliki masalah yang tak kita ketahui. Dia tak menjauhi kita tanpa alasan hyung, "
"Kau benar Mingyu-ya, mengapa aku sangat bodoh sehingga tak bisa berpikir seperti itu, "
Cklek
Suara pintu kamar terbuka itu membuat Mingyu mengembangkan senyumnya, akhirnya usahanya berhasil. Taeyong menepuk pundak Mingyu dua kali lalu mengambil nampan yang di bawa olehnya.
"Gomawo Mingyu-ya, berkat kau hyung memiliki secercah harapan lagi, "
Taeyong kembali masuk ke dalam kamarnya dengan nampan di tangannya. Sedangkan Mingyu ia masih tersenyum cerah, satu masalahnya telah selesai sekarang ia hanya perlu mencari keberadaan sang pujaan hati. Ia menghubungi seluruh anak buahnya untuk mencari Jaehyun.
Ribuan orang tersebar untuk mencari seorang anak berumur 16 tahun itu berkat koneksi dari Dongwook, Suho, Taeyong, Yuta, Doyoung, dan Mingyu yang sangat baik.
Hari demi hari berlalu Taeyong tak goyah untuk mencari adiknya itu, walaupun ia tak kunjung mendapatkan titik terang dari pencariannya. Bahkan ia pun sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari adiknya itu.
Bajunya terlihat basah kuyup saat dengan tiba-tiba air hujan membasahi tubuhnya, ditambah dengan angin sore yang tak akan baik untuk kesehatannya. Pria itu duduk di halte yang sudah sangat reyot, atapnya sudah tak bisa digunakan untuk berlindung lagi.
"Saeng, apakah kau baik-baik saja? Apakah kau makan dengan baik? Penyakitmu tak mengganggumu lagi kan?" Kata-kata itu terus bergumam di dalam hati Taeyong.
Taeyong menatap kearah langit yang sangat mendung, dihiasi oleh air hujan yang turun dengan derasnya sangat mencerminkan bagaimana perasaannya saat ini. Ia sangat merindukan tubuh berisi adiknya sebelum penyakit itu semakin parah, bahkan setelah operasi pun tubuh adiknya itu menurun pesat. Pipi gembul itu terlihat semakin menirus, membuat Taeyong semakin mengkhawatirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Bad Brother -LTY . JJH
FanfictionSeorang anak lelaki yang sengaja di pisahkan dari keluarganya, kembali setelah memasuki usia remaja. Dengan secercah harapan, ia ingin keluarganya mengakui kehadirannya, terutama kakak pertamanya. Tapi siapa sangka takdir mempermainkannya. Dengan se...