[7] Ayah Kembali

6.6K 754 5
                                    

Ketika kamu sudah mulai menjauh dari Tuhan, maka terus cari lah sebuah alibi dari berjuta bukti untuk segera mendekat padaNya.

ALBARISUS

Jarak tak pernah menjadikan ingatannya melemah akan malam ini. Detik tanda bergantinya hari pada tanggal 11 November tak akan bisa ia lewatkan. Hari yang biasanya dipenuhi harapan, doa dan kado untuk dia, serta acara menyuapkan kue coklat yang selalu ditunggu nyatanya kini tak bisa Rafa lakukan atau bahkan hanya sekadar menyaksikannya. Semuanya tidak lagi sama seperti tahun lalu. Kini ia tidak lagi bisa memberikan kado yang telah ia persiapkan, tak bisa memberikan teriakan heboh berisikan kalimat selamat ulang tahun juga memberikan harapan serta doa terbaik untuk orang itu.

Dan sekarang, yang bisa Rafa lakukan hanya meringkuk di atas kasur sambil terus mengucapkan kata maaf diiringi air mata yang seakan tidak ingin menghentikan lajunya.

Di lain tempat, setelah berhasil menenangkan serta membuat istrinya tertidur, Arya tidak memilih untuk melakukan hal serupa. Dirinya malah melenggang kembali ke dalam kamar sang anak sulung. Pergi ke balkon kamarnya serta duduk untuk menyaksikan bintang paling terang di langit. 12 November adalah hari ayah juga hari lahirnya cucu pertama keluarga Elvano. Hari yang tak pernah Arya lupakan dalam sejarah hidupnya selama ini. Tidak pernah ada kata lupa tentang apa yang berhubungan dengan seorang Ardian.

Tahun lalu, sebuah kisah yang sampai detik ini selalu Arya ingat. Bahkan ia jadikan sebagai pengembang senyumnya dikala letih dalam bekerja. Sebuah kisah yang membuat jantungnya waktu itu seakan berhenti berdetak ketika mendengar sebuah kalimat yang Ardian lontarkan.

12 November tahun lalu. Saat acara selesai semua langsung bergegas kembali ke kamarnya. Kecuali Ardian juga Arya yang memilih untuk salat malam di musholla dalam rumah mereka. Sesudahnya melaksanakan ibadah, Ardian mendekat pada ayahnya untuk bersalaman. Ardian tersenyum manis setelah itu menciumi punggung tangan Arya seraya berucap, "Selamat hari ayah, Yah. Makasih atas segalanya. Ardian benar-benar mencintai Ayah karna Allah."

Pria ini memejamkan mata. Dadanya menghangat begitu saja ketika kembali mengingat hari itu. Suaranya masih bisa Arya ingat. Suara yang dibalut kelembutan serta rasa tulus mendalam ketika diucapkan. Kalimat yang langsung membuat Arya meneteskan air mata. Mereka tidaklah begitu dekat. Mereka hanya menjalani tugas sebagai mana mestinya. Dan Ardian benar-benar membuat Arya merasa begitu sangat beruntung memilikinya.

"Selamat ulang tahun, Ardian. Ayah benar-benar mencintaimu karna Allah."

Rasanya Arya begitu berat saat mengucapkan kata terakhir. Setelah perginya Ardian, dirinya mulai lalai akan kewajiban pada agama. Kemarahan menjadikan ia buta untuk tetap mengingat Tuhan. Setelahnya hanya hening yang kembali menyelimuti. Arya terdiam cukup lama di balkon ini sembari menikmati angin malam beserta kenangan-kenangan yang dibuat Ardian bersamanya. Hingga kehadiran seseorang menjadikan Arya membuka mata. Menoleh ke arah samping untuk meliat siapa yang berada di sebelahnya.

Farrel, remaja ini tersenyum kepada Arya. "Yah, sholat bareng, yuk?"

"Kak Ardian pasti seneng banget kalo kita kirimin doa."

Tubuh Arya seketika merinding. Sejauh itukah ia meninggalkan Allah sampai-sampai sang anak yang seharusnya ia tuntun menuju jalannya malah berbuat sebaliknya? Menuntun ia untuk kembali pada Allah.

-ALBARISUS-

Hari ini adalah hari yang tidak pernah Rafa bayangkan akan terjadi. Ia pikir ayah benar-benar ingin ia pergi dari hidupnya setelah kejadian itu. Namun, ternyata Tuhan berkehendak lain. Ayah menelepon tadi pagi-pagi sekali menggunakan telepon Farrel. Ia pikir itu sang kembaran, membuat ia langsung mengangkat dan dengan pedenya berkata, "Iya halo. Kangen banget ya sama gue sampek-sampek jam segini udah nelpon?"

ALBARISUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang