Jangan terlalu dekat atau terlalu jauh dari manusia, secukupnya saja. Sehingga, akalmu bisa selalu bekerja dalam menilai siapa itu mereka.
ALBARISUS
Rafa sudah bersiap untuk menyiapkan buku demi pelajaran setelah istirahat pertama berakhir. Ia terpaksa menghela napas ketika melihat apa yang berada di dalam tasnya. Sebuah toples berisi bintang-bintang kecil warna merah. Patut diacungi jempol, orang itu benar-benar niat bermain-main dengannya. Juga ada sedikit pertanyaan, orang ini berniat ‘meneror’ atau malah berniat ‘merayunya?’ Menghiraukan toples itu, Rafa memilih untuk menggiring buku-bukunya saja.
Sebenarnya Rafa tidak terlalu memusingkan orang yang selalu saja berniat dekat dengan cara unik seperti yang dilakukan orang itu. Rafa terlalu sibuk terus mendekati Bunda dan nyaman bersama teman-teman, atau bermain dengan anak-anak yang berada di rumah singgah. Tak ada alasan khusus untuk ia memerhatikan orang yang tidak pernah menunjukkan hadir secara terang-terangan, bahkan ketika hampir satu bulan dia berada di sekolah ini. Namun, jika orang itu sudah siap menampakkan wujud nyatanya pada Rafa, dia sangat bertekat untuk ikut main-main dengannya.
Rafa terus fokus kepada guru yang mejelaskan, terkadang ketika kelas ini terlalu tegang dengan pelajaran ia akan berusaha menggoda guru pengajar agar wajah seriusnya itu sedikit berkurang. Ah, Rafa sepertinya mulai menikmati hidupnya di ibu kota. Sepi selalu berusaha Rafa usir dari dalam hidupnya.
Ketika bel istirahat kedua berbunyi, tentu para murid segera keluar dari kelas, begitu juga dengan Rafa walau sebenarnya ia tidak akan langsung kabur ke kantin. Rafa akan menanti Alvan yang hanya berjarak beberapa kelas darinya. Ketika menunggu sang sahabat, tentu tatapan Rafa---dan mungkin seluruh siswa---tidak mungkin bisa jika tidak melirik ketika dua orang yang terkenal satu geng dengan orang yang ‘dihindari’ sebagian besar murid lewat di depannya. Sepengetahuan Rafa, nama mereka adalah Angga dan Dimas, teman dari Arkan. Oh ya, seharian dirinya juga tidak melihat orang itu. Entahlah, mungkin tidak masuk sekolah.
Suara bising penanda bahwa Alvan sudah tiba membuat Rafa terkesiap dalam lamunan yang sebenarnya tidak penting. Mereka lantas memutuskan untuk segera menuju ke kantin, biasanya Andre sudah tiba di sana terlebih dahulu. Benar saja, remaja itu duduk di sana yang mana di depannya ada seorang gadis berambut sebahu yang sedari tadi terlihat terus berusaha berbicara dengan Andre. Namun, seperti biasa tidak ada sahutan dari bibir remaja itu. Begitu enggan menyahuti si gadis.
“Udah lama nih?” tanya Rafa, memilih duduk di samping Andre, sedangkan Alvan tanpa diminta memilih tempat di samping Lea dengan sedikit keributan tentunya. Dua orang itu selalu saja ribut tidak jelas ketika bertemu. Entah bagaimana juga, sekarang keempatnya seperti seorang sahabat yang sudah sangat lekat.
“Elo telat sejam pun pasti gue tungguin Raf,” sahut Lea. “Tapi kalo orang di samping gue sih beda lagi ceritanya.”
“Gak nanya,” sahut Alvan yang langsung mendapatkan tawa dari Lea.
“Oh ya, mau makan apa nih?” tanya Alvan. Menghiraukan gadis ‘gila’ di sampingnya. “Gue sih lagi pengen mie ayam.”
“Gue sama,” sahut Lea semangat setelah menghentikan tawa. Sekadar informasi, mie ayam adalah makanan kesukaannya.
“Gue gak nanya sama elo.” Siapa lagi? Alvan yang menyahuti.
“Sialan,” umpat Lea semakin memukul lengan orang yang selalu saja mencari gara-gara dengannya. Rafa pun tidak bisa menahan diri jika tidak tertawa. Tawa yang berhasil membuat beberapa orang gadis mengalihkan perhatian padanya. Ikut tersenyum tipis melihat kebahagian Rafa. Laki-laki yang dikagumi siswi sekolah disebulan pertama ia pindah. Rafa turut berpikir, apakah ketika di Bandung ia juga mendapatkan perlakuan serupa dari siswi di sana? Entahlah, dulu Rafa jarang memerhatikan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARISUS ✔
Fiksi RemajaMendekatlah, biar kuceritakan padamu sebuah kisah tentang seorang anak yang hatinya setegar karang, senyumnya seputih salju hingga dapat memukau dirimu, serta tatapan netra indahnya yang dapat menenangkan jiwamu. Ini tentang Rafa, seorang remaja lak...