[32] Mading

5.1K 613 18
                                        

Lebih baik diirikan orang lain dari pada saudara sendiri. Jika sudah saudara, rasanya benar-benar membuatmu sengsara.

ALBARISUS

Sekolah kembali di ramaikan oleh sebuah kejadian setelah beberapa minggu lalu, seorang Arkan masuk ke sekolah dengan keadaan amnesia. Ya, cowok itu katanya mengalami kecelakaan sehingga kehilangan ingatannya. Kali ini, sebuah kejadian baru berhasil menarik perhatian murid sekolah. Saat baru saja menginjakkan kaki, Rafa pun langsung dibuat penasaran dengan kerumunan murid-murid yang berkumpul di depan mading.

Hal menarik lainnya adalah ketika seorang Farrel menerobos kerumunan tersebut, ada Alvan, Andre juga Lea yang terlihat baru saja sampai, membuat Rafa lantas berlari ke arah mading. Yang sontak saja hal tersebut menarik perhatian murid-murid yang masih saja berkumpul. Mereka melirik Rafa dengan pandangan tajam juga penuh tanya.

Berjarak beberapa langkah di belakang Farrel, Rafa bisa melihat dengan jelas apa yang menarik perhatian teman-temannya sehingga berkumpul di depan mading sepagi ini. Sebuah foto, foto dirinya lengkap dengan nama beserta kata pembunuh pada bagian bawah nama. Ditulis tebal dengan tinta warna merah.

“Siapa yang ngelakuin ini!” tegas Farrel setelah mencabut kertas tersebut dari mading.

Semua murid terdiam, begitu juga dengan Rafa yang otaknya tiba-tiba membeku saat melihat sendiri apa yang sekarang ini sedang terjadi.

Farrel melirik seorang gadis yang berada di antara kerumunan tersebut. “Siapa yang nyuruh lo naruh kertas ini ha?!”

Gadis yang merupakan ketua organisasi pengelolahan mading sekolah terlihat langsung tersentak ketika mendengar teriakan Farrel tadi. “Sorry, Rel. Gue sama sekali gak tau siapa naroh itu. Tiba-tiba aja ada di sana.”

“Ada keributan apa ini?” Seorang remaja yang diketahui menjabat sebagai ketua OSIS serta baru saja datang bertanya--Fano.

“Ada yang narok foto Rafa terus dibawahnya ada kata pembunuh,” jawab gadis yang tadi ditanyai Farrel.

“Kalo gitu buat apa kalian kumpul gak jelas di sini?” sahut Fano. “Balik ke kelas masing-masing, sekarang!”

Mendengar perintah tegas dari Fano, murid-murid yang tadi berkerumun langsung melenggang pergi dengan beberapa dari mereka masih membahas kejadian tadi. Tersisa, Farrel, Rafa, Andre, Alvan, Lea, dan beberapa orang yang merupakan sahabat dari Fano, salah satunya adalah Azkan. Berdiri tidak jauh dari tempat kejadian.

Fano melirik Farrel, seakan meminta sebuah kertas yang ada di tangan orang itu. Paham akan tersebut, Farrel hendak menyerahkan, tetapi Rafa malah merebutnya. Membuat sang ketua OSIS mengerutkan dahi bingung.

“Kenapa lo ambil sih, Raf?” tagur Alvan.

Rafa menggeleng. “Gak usah diperpanjang. Ini pasti kerjaan orang iseng yang gak suka sama gue.”

“Tapi ini harus ditindak lanjuti, ini udah termasuk pembullyan,” sahut Fano.

“Bener tuh, Raf. Ini gak bener, gak bisa didiemin,” ujar Lea.

“Kita ke BK sekarang,” usul Azkan. “Biar orang yang ngelakuin bisa kapok.”

“Jangan,” cegah Rafa. “Udah gak usah diperpanjang. Gue tau kok orangnya, dia emang lagi ada sedikit masalah sama gue.”

“Lagian ini masalah pribadi, gue gak mau sampek viral,” lanjut Rafa. Masih berusaha untuk tidak membawa masalah ini lebih diketahui orang banyak.

“Lo yakin?” tanya Fano.

Rafa mengangguk. “Cuma masalah kecil, kok. Dia aja yang lebay sampek bikin heboh kayak gini. Sorry ya?” pintanya. Meminta maaf pada Fano juga teman-temannya yang masih berada di sini.

ALBARISUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang