[17] Kue Coklat Untuk Bunda

5.1K 644 29
                                    

Ketika mengambil keputusan, berarti kita siap menghadapi kesulitan. Maka dari itu, perkuat langkahmu dengan mental baja dan doa tiada henti.

ALBARISUS

Setelah pelatih resmi mengatakan bahwa latihan sore ini berakhir, Rafa segera berjalan menuju ke samping lapangan untuk mengambil tasnya. Membuka benda itu untuk mengambil sebotol air yang memang telah dirinya siapkan untuk latihan pertamanya di sekolah ini. Keringat benar-benar sudah membasahi seluruh tubuhnya.

Baru saja melihat keberadaan botolnya, Rafa langsung membulatkan mata ketika benda yang seharusnya menampilkan warna bening malah terlihat keruh, penuh dengan tanah yang entah berasal dari mana, juga ada sebuah notes yang tertempel di botol air mineralnya bertuliskan 'Selamat menikmati'. Sontak saja remaja ini mendongakkan wajahnya, mengedarkan pandagan untuk mencari sang pelaku yang benar-benar ingin bermain dengannya.

"Kenapa?" Andre yang baru datang dengan Alvan langsung bertanya saat melihat wajah Rafa yang terlihat aneh. Mereka pun melakukan hal yang sama dengan Rafa, mengambil botol minuman yang kebetulan sudah berada di luar tas, segera meneguknya dengan rakus sembari menunggu jawaban dari Rafa.

Rafa terdiam. Netranya tetap mencari sebuah sosok yang dirinya sudah curigai, walau tidak beralasan, atau anak-anak lain yang wajahnya mencurigakan. Sebenarnya siapa yang melakukan hal ini padanya? Apa dia pernah melakukan kesalahan? Dan jika dilihat dari surat pertama yang ia temukan di atas meja, orang ini pastinya mempunyai akses untuk ke luar masuk kelas.

"Raf," panggil Alvan dengan nada yang jauh lebih keras daripada Andre tadi agar sang sahabat bisa mendengar. Dan tentu saja, hal itu sukses membuat orang yang dirinya panggil menoleh dengan seketika.

"Kok bengong sih? Lo kenapa?"

Rafa menggelengkan kepala. "Gak pa-pa kok."

"Gak pa-pa tapi kayak orang bingung," sahut Andre. "Ada masalah?"

"Enggak. Gue cuma lagi mikir gue harus kasih kado apa ya ke Bunda?" alibinya, tak sepenuhnya berbohong.

"Oh, mikirin kado," ujar Alvan. Mereka memang membahas hal ini sewaktu di sekolah tadi, Rafa dan Farrel juga mengundang Alvan-Andre untuk datang ke acara syukuran yang akan di adakan malam harinya. "Gak nemu-nemu emangnya?"

"Kalo nemu gue pasti gak galau begini."

"Emang Bunda lo suka apa? Kenapa gak beli kesukaan dia?" tanya Andre.

Ide bagus. Dhita menyukai coklat, haruskah Rafa kembali membelikan sekotak besar coklat untuk hadiah? Jangan, bisa-bisa dilempar lagi oleh Bundanya. Selain coklat, Bunda suka bunga. Haruskah Rafa membelikan puluhan tanaman bunga untuk Dhita? Tidak. Bagaimana jika bunga-bunga itu langsung dibakar oleh ibunya?

"Gue nemu," ujar Rafa pada akhirnya setelah keras berpikir. Mengingat kembali hadiah yang biasanya diberikan oleh Ardian kepada sang Bunda. Sejenak, Rafa mulai melupakan apa yang baru saja terjadi padanya, memilih untuk segera pamit pulang dan bergegas membeli kado yang ingin dia berikan pada Dhita.

Kado itu tidak langsung diambil oleh Rafa, meminta toko tersebut untuk membungkuskan dan akan diambil besok. Remaja ini pun bergegas untuk kembali ke rumah. Di ruang keluarga sudah ada Farrel, Agam dan Keyra yang berbincang sambil menikmati tontonan di televisi. Setelah menyalimi Agam dan Keyra, Rafa lantas bergegas menuju ke lantai dua.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam kamar, Rafa behenti di depan pintu yang berada di sebelahnya. Tadi Agam memberi informasi bahwa Dhita telah pulang dan sepertinya sedang berada di dalam kamar Kakaknya. Rafa tidak berani untuk membuka pintu itu, karena dulu dirinya telah berjanji tidak akan lagi masuk ke dalam. Jadi, Rafa memutuskan untuk menempelkan sebelah tangannya pada pintu coklat itu, berusaha menyalurkan kekuatan pada wanita yang pastinya sedang bersedih di dalam sana. Farrel selalu mengatakan, bahwa setiap ulang tahun Bunda, wanita itu akan berada di kamar Kakak mereka selama berjam-jam.

ALBARISUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang