Tuhan punya banyak cara untuk memberi ujian, salah satunya adalah kehilangan sebagai pengajaran tentang KEIKHLASAN.
ALBARISUS
Derai cairan bening itu meninggalkan jejak pada wajah wanita yang kini berdiri dengan tatapan kosong ke arah dalam dari kamar yang baru ia buka. Pakaiannya masih sama, serba hitam dengan sedikit noda tanah yang menempel sebab beberapa saat lalu ia menjatuhkan tubuhnya begitu saja di samping gundukan tanah yang masih basah. Meraung, menjadikan ia dilayangi tatapan iba dari orang-orang. Langkah kaki yang terhenti kembali ia lajukan, berjalan pelan dengan kaki gemetar. Benar-benar seakan tak mampu menopang tubuhnya yang telah lemas.
Wanginya masih dapat wanita ini rasakan saat masuk lebih dalam. Kamar yang sangat tertata rapi. Ranjang bersih dengan seprei biru langit. Pandangan wanita ini lantas teralih ke arah kanan ruangan, terdapat rak buku yang tepat di sampingnya adalah sebuah meja belajar. Menoleh ke arah kiri di samping ranjang, foto-foto terpajang di sebelah sana, yang mana di bawahnya ada sebuah nakas. Tanpa mendekat semua foto itu sudah dapat ia tebak, bagaimana bentuk dan siapa saja yang ada di dalamnya.
Kakinya yang benar-benar serasa tak sanggup terangkat, ia paksakan untuk menuju ke arah nakas di samping ranjang. Sesampainya di sana tangannya terjulur dan mengambil sebuah figura kecil dengan senyum manis seorang remaja. Foto di hari pertama remaja itu memasuki perkuliahan. Wanita ini mendekapnya erat, secara perlahan tubuhnya merosot dan bersandar menyamping pada lemari kecil tadi. Cairan bening yang tadi sudah berupa sebuah bekas kini kembali mengalir, bahkan semakin deras, seakan tak peduli dengan kekacauan pada wajah sang empunya.
Masih dapat diingat dengan jelas bahwa remaja dalam foto itu menolak untuk diambil gambarnya, tetapi dengan penuh paksaan akhirnya setuju. Itu karena dia tak mampu menolak permintaan bunda. Dan masih diingat dengan jelas oleh wanita ini bagaimana senyum cerah yang tak pernah pudar dari wajah orang yang sekarang seakan berada dalam dekapannya, bagaimana tulusnya ia merengkuh orang lain yang berada dalam titik lemah, bagaimana hangatnya pelukannya, bagaimana sukanya terhadap warna biru langit, sukanya pada nasi goreng buatan bunda, sukanya membuat bunda bahagia. Semuanya. Semuanya masih terpatri indah dalam relung ingatan.
Dhita. Wanita ini lantas semakin mempererat pelukannya pada figura tadi, seakan mau memberi kehangatan pada seseorang yang sekarang hanya menyisahkan nama juga kenangan terhadap semua orang yang pernah berjumpa dengan sosok hangatnya. "Kenapa? Kenapa kamu pergi sebelum, Bunda? Kenapa kamu ninggalin, Bunda?" gumamnya dengan isakan yang mengiringi tangis.
Beberapa saat kemudian, netranya lantas menangkap sendu baju-baju yang telah terlipat di atas kasur, baju sang pemilik kamar yang belum sempat dibereskan ke dalam lemari. Tangan kanannya terjulur lantas mengambil baju paling atas yang merupakan sebuah almamater. Merengkuhnya lebih dekat, membiarkan wajahnya tenggelam dalam sisa harumnya tubuh orang yang sangat berarti dalam hidup wanita bernetra coklat gelap itu.
"Kamu mamerin ini dengan semangat sama Bunda," gumamnya dengan memandang almamater tadi penuh luka, juga kecewa. "Terus kenapa baru dipakek sebentar?"
Air mata kembali mengalir, semakin deras. Menjadikan tubuhnya bergoncang hebat dengan kembali menenggelamkan diri pada almamater tadi. Membiarkan dirinya bernostalgia bersama kenangan-kenangan indah saat memejamkan mata. Tak menyadari jika seorang pria yang seumuran dengannya sudah berjongkok tepat di sampingnya.
Melihat keadaan sang istri yang bahkan menghiraukan hadir dari sosoknya menjadikan ia begitu sadar seberapa penting peran orang yang baru saja pulang kepada sang pencipta, meninggalkan kehidupan dunia tanpa menunggu orang terdekat melihatnya membuka mata untuk terakhir kali. Sebuah elusan di punggung akhirnya menyadarkan wanita yang kini telah mendongakkan wajah dan menatap lekat sang suami masih dengan air mata yang mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARISUS ✔
TienerfictieMendekatlah, biar kuceritakan padamu sebuah kisah tentang seorang anak yang hatinya setegar karang, senyumnya seputih salju hingga dapat memukau dirimu, serta tatapan netra indahnya yang dapat menenangkan jiwamu. Ini tentang Rafa, seorang remaja lak...