Suatu saat, kamu akan mengerti, kenapa serta untuk apa kamu bertemu dengan mereka.
ALBARISUS
Rafa mengambil kalender kecil beserta sebuah bolpen, di tanggal hari ini ia pun menuliskan angka 23. Ya, sudah satu minggu sejak kejadian Bunda sakit. Banyak pula yang berubah pada minggu tersebut, Rafa dan Arya sudah mulai dekat lebih dari sebelumnya, tetapi, Dhita malah semakin terlihat ingin menjauh, wanita itu enggan mengeluarkan suara berlebih kepada Rafa. Tatapan Bundanya adalah tatapan yang seakan mengatakan ketidak inginan akan hadirnya. Namun, bunga mawar dan note I’m Sorry Bunda tidak akan pernah Rafa hentikan untuk ia letakkan di depan kamar sang Bunda, juga terus berusaha berkomunikasi walau minim tanggapan dari Dhita. Tak apa, Rafa tetap percaya, secara perlahan semua pasti akan membaik.
Selesai, ia lantas menuruni tangga untuk segera berangkat sekolah. Mereka sudah sarapan, hanya Rafa pergi ke atas untuk mengambil tas yang lupa ia bawa ke bawah tadi. Melihat sang Bunda yang berada di ruang santai, Rafa pun mendekat, seperti biasanya ingin menyalimi wanita itu. Namun, seperti biasa, Dhita seakan tidak melihat apa pun---siapapun tepatnya---di depannya dan masih fokus ke arah benda pipih nan canggih di genggaman.
Rafa tersenyum ketika kenyataan kembali menampar, mengatakan, selama apa pun dirinya bediri di isni, Bunda tidak akan membiarkan ia menyaliminya, setidaknya untuk sekarang dan hal itu diharapkan segera berakhir tentunya.
“Rafa berangkat, Bun. Assalamualaikum,” pamitnya. Farrel sudah menunggu di luar dengan suara mesin motor yang telah dihidupkan, membuat Rafa harus meminta maaf karena pasti kembarannnya itu telah lama menunggu.
Ketika sampai di sekolah, hal---orang---pertama yang menyambutnya adalah seorang gadis berambut sebahu yang datang dengan senyum cerah kepadanya, sama-sama baru tiba di sekolah. Farrel sempat melirik kejadian dimana si gadis sangat bahagia saat melihat hadir dari kembarannya, bahkan gadis itu sempat menyapa Farrrel yang hanya dibalas sebuah anggukan olehnya. Bukan menjauh seperti sarannya dulu, Rafa dan Lea malah semakin lengket saja.
“Nanti jalan kemana sih? Gue kepo,” ujar Lea tepat ketika Farrel telah menghilang dari pandangan mereka, pamit ke kelasnya duluan. Rafa dan Lea, keduanya semakin bersahabat seminggu terakhir ini, Lea selalu bergabung untuk makan bersama Rafa, Alvan, dan Andre. Namun, kini perhatian gadis itu lebih banyak tertuju pada Rafa, tetapi, Andre tetap saja tak luput dari perhatiannya.
“Nanti lo juga tau,” sahut Rafa. “Inget loh ya, nanti gak boleh lelet.”
Lea tersenyum lebar. “Iya, iya.”
Setelahnya mereka seperti biasanya akan pergi ke kantin atau taman belakang untuk sekadar berbincang sebelum pelajaran bermulai. Kini, duduk di taman menjadi pilihan keduanya.
“Eh, hai, Vania!”
Rafa serta Lea syang sedang asik bebincang tentang hal-hal random dikejutkan ketika Lea tiba-tiba menyapa seseorang. Menjadikan ia menoleh, dua orang gadis. Salah satunya juga pernah ia temui sebelumnya di taman hiburan.
“Ada Nadine juga, hai!”
Gadis bernama Nadine terlihat mengangguk sembari tersenyum, tidak lupa melirik pria yang ada di samping gadis yang merupakan kenalan cewek bernama Vania tadi.
“Eh, hai juga! Lama gue gak liat lo ke kantin sini,” ujar Vani basa-basi.
“Dan, dia pacar lo?”
“Eh, bukan-bukan,” jawab Lea. “Ini temen gue. Murid baru.”
Vania menganggukkan kepala. Ia pun juga sudah tahu siapa itu Rafa, laki-laki itu lumayan terkenal di sekolah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/204815077-288-k342456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARISUS ✔
Fiksi RemajaMendekatlah, biar kuceritakan padamu sebuah kisah tentang seorang anak yang hatinya setegar karang, senyumnya seputih salju hingga dapat memukau dirimu, serta tatapan netra indahnya yang dapat menenangkan jiwamu. Ini tentang Rafa, seorang remaja lak...