[ 5 ] Vanilla Boy

87 40 7
                                    

"Lo kok santai-santai aja sih, udah kelar ya PR lo," tuding David setelah meletakkan tas sekolahnya, kemudian mengeluarkan beberapa buku catatan.

"Lah, emang ada tugas ya?" Ini asli wajahku mungkin sudah kelihatan bloon sekarang, dateng sekolah pagi-pagi, nangkring di kelas sambil mainin handphone, ngestalk akunnya Junior Robert, artis indo yang saat ini lagi naik daun tapi ada tugas hari ini aja enggak tau.

"Kimia, pikun ya lo," sinis David sambil mengeluarkan Bolpoint gel berwarna pink miliknya dari kotak pensil. Katanya, itu adalah bulpen keramat miliknya yang selalu mengantarkannya pada keberuntungan, merasa lebih berstamina gitu saat mengerjakan soal atau ulangan padahal kalau dilihat-lihat progres nilainya selama semester terakhir sama-sama saja. Lagian Pria bernama David Saputra ini memang lebih cocok dipanggil David Saputri, karena selain jalannya ngondek ia juga sedikit alay, seminggu sekali gak luput pake sheet mask yang biasanya dipake sama cewek, aku saja maskeran saat gak lagi mager.

"Anjir, gua lupa. Udah lo?"

"Belom," jawabnya yang membuatku ingin melemparinya batu jumrah, ke-ce-wa.

"Lah lo ngapain ngeluarin buku anjir!"

"Sstt, diem habis ini Rere dateng kita nyontek punya dia aja."

"Wah, pinter lo," ujarku semangat, memberinya dua buah jempol.

Tak lama setelah itu Rere benar-benar datang sesuai yang kita perkirakan, diikuti Fajar dibelakangnya yang menyampirkan tas dibahunya dengan malas.

Demi tongkat ajaibnya aquaman, demi Upin dan Ipin yang gak gede-gede, demi pentolan di kepalanya Jarjit yang sampai sekarang aku sendiri gak tau  isinya apa? Kenapa pagiku yang cerah begini harus mendung seketika cuman gara-gara Fajar sih. Muka tengilnya dari jauh saja sudah kelihatan banget kalau mau merusak hariku sat ini.

Aku memilih meredam emosiku yang tiba-tiba melonjak naik, untung tinggiku tak terlalu pendek. 155cm, bisa-bisa darahku muncrat melalui kepala karena pertahanan emosiku sudah jebol.

"Re, lo hari ini cantik banget," ucapku berpindah tempat duduk di samping bangkunya. Bodoamat soal Fajar, aku harus menyelamatkan nasib PR ku dulu, "hm lo ganti parfum ya, wangi banget."

"Alah, mau lo apa? Gausa basa-basi." Uhh temanku satu ini memang terlalu mengenal diriku.

"Nyontek kimia dong," pintaku sok-sok manyun, sedikit mengeluarkan puppy eyes ku berharap ia luluh.

"Nih, jangan lama-lama!" I love you Rere, aku benar-benar suka temanku yang tak suka basi-basi ini. Ah baik banget.

Dengan semangat 45 aku menyalin jawaban milik Rere dengan segera, masih banyak waktu sebelum bel berbunyi, tapi David Si Ratu Ngondek ini benar-benar merecokiku untuk segera memberikan catatan milik Rere. Resek banget, sabar elah!

Saat asik-asiknya menyalin tugas,  tiba-tiba rambutku yang hari ini dikuncir kuda ditarik cukup keras, siapa lagi pelakunya kalau bukan Fajar. "Sakit, bego."

Ia kemudian melepaskan tarikannya dan tertawa dengan senang.

astaga ini orang beneran psyco ya! Suka banget liat orang menderita.

"Eh Met,  tugas indo lo kelompokan sama siapa sih?" Setan satu ini benar-benar suka menggangguku ya! Kepo banget jadi orang.

"Apaan sih lo, kepo," dengusku sinis.

"Yaudah lo sekelompok sama gue titik." Putusnya final.

"Ogah."

"Oh, jadi lo nolak." Nah, nada-nada seperti ini nih yang tak kusuka. Aku mencoba biasa saja saat dia mulai mendekatiku dengan menunjukkan seringaian seperti serigala yang siap menerkam mangsanya, membuat bulu kudukku meremang ketakutan. Kenapa efeknya Fajar semengerikan ini sih! Aku benar-benar seperti santapannya sekarang. Ia mulai mengikis jarak di antara kami, geser sedikit pantatku akan mencium lantai karena posisiku sekarang berada di ujung kursi sedangkan tanganku sudah mulai meremas bolpoin yang tadinya kugunakan untuk menulis tugas milik Rere.

Vanilla BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang