[ 16 ] Cinderella

40 24 0
                                    

"Abis dari mana kalian berdua?" suara berat dan sedikit serak menyapa kami berdua saat aku berada di depan gerbang rumah Nauval. Menemukan seorang pria yang mengenakan jins belel dan kaos hitam polos sedang duduk santai di beranda rumah.

"Bang Kevin!" Pekikku senang, pasalnya sudah lama sekali aku tak bertemu dengan vokalis band indie yang sekarang lagi naik daun ini. Dia terlihat masih tampan seperti dulu. Dengan kulit bersih dan rambut yang sengaja dipanjangkan sampai telinga membuatnya terlihat hot dan good looking apalagi dengan kumis tipis yang menghiasi wajahnya itu. And his voice is so... good. It's husky and deep  and very, very, very sexy saat menyapa pendengaranku, membuatku benar-benar merinding saat sapaannya yang membuat otot-otot yang tadinya lemas  menjadi bersemangat bahkan untuk berlari mengitari taman kompleks.

Oh Seriously, Metana? Chill out

Eh tapi beneran deh kalau sampai Rere liat Bang Kevin pasti bawaannya udah pengen bungkus dan bawa pulang aja.

"Hoi Jop,  apa kabar?" tanyanya dengan senyum tipis. Memang saat kecil dulu aku lebih sering dipanggil dengan nama Jovanka daripada Metana.

"Baik Bang, bisa main gitar?" tanyaku saat melihat gitar berwarna coklat tua berada dipangkuannya. Setahuku dia hanya vokalis band yang biasanya manggung cuman bawa mikrofon.

"Bisa dong, mau gua ajarin?" tawarnya seraya menaik turunkan alis.

Dengan antusias aku buru-buru menghampiri Bang Kevin yang berada di beranda rumah. Meninggalkan Nauval di belakangku yang menampilkan decihan sinis.

"Mau dong," ucapku dengan semangat. Beneran deh kalau ketemu Bang Kevin ini bawaannya pengen fangirl-an aja.

Akhirnya aku duduk di sebuah kursi yang terletak disampingnya, "gue mau tunjukin ke lo nada gitar melody yang bagus banget," ucap Bang Kevin sambil memposisikan tangannya untuk memetik sinar gitar. Kalau sama Bang Kevin diajarin apa aja aku pasti mau-mau saja.

Tangannya dengan lincah memetik senar gitar dengan terampil, menghasilkan nada-nada yang membuatku berdecak kagum, emang paling bisa banget bang kevin ini buat orang jadi terpesona.

"Lagu apa tuh Bang?"

"Amnesia nya Five Second of summer," terangnya kemudian menghentikan petikan gitarnya.

"Ajarin dong, Bang," ucapku setengah manja.

"Idih, modus lo!" celetuk Nauval yang tiba-tiba disampingku, memberikan lirikan sinis.

"Syiriq aja sih, Lo," balasku jengkel. Gangguin orang lagi pedekate aja!

"Bang, jangan mau digangguin, dia cuman mau modus, sejak kapan bayi koala kayak dia mau belajar gitar, nyanyi aja suaranya kayak tikus kejepit."

Heh! Tikus kejepit katanya! Aku memberikannya pelototan tajam kemudian bangkit berdiri. Mengarahkan tanganku untuk memberikan jiwitan pedas pada salah satu lengannya.

"Aduh, aduh sakit Jop. Ganas banget sih lo!" ucapnya sambil meringis.

"Biar tau rasa, salah siapa lo bilang gue tikus kejepit."

"Ih! Emang bener." Aku kembali memberikan jiwitan pedas padanya, tapi ia buru-buru berlari menghindariku di belakang kursi yang diduduki Bang Kevin.

"Kalian ngapain sih hahaha." Bang Kevin menyemburkan tawa renyahnya, sedang aku dan Nauval masih sibuk menghindari masing-masing membuat posisi kami saat ini berada di depan dan di belakang kursinya.

Dengan gesit Nauval menghindariku dan menyembunyikan badan besarnya itu dibelakang Bunda yang baru saja keluar dari pintu. Dengan kurang ajarnya cowok itu memeletkan lidahnya dibelakang pundak Tante Ranti membuatku pada akhirnya meredam kekesalan dan memberikan senyum manis pada Bunda Nauval.

Vanilla BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang