[ 12 ] Another Nauval Fans

52 28 3
                                    

Aku tak mengerti mengapa jumlah medusa di sekolahku banyak sekali daripada jumlah orang baik. Setelah insiden heroik yang dilakukan Fajar kemarin siang aku mendapati seseorang kakak kelas bername tag Adila yang tiba-tiba menghadang perjalananku saat menuju koperasi untuk membeli buku yang kebetulan habis. Bersama dengan temannya yang kuduga antek-anteknya itu mereka tersenyum culas.

"Ada apa ya, Kak?" Tanyaku dengan sopan meskipun raut wajah mereka terlihat tak bersahabat.

"Gue mau ketemu pacarnya Nauval nih, lo ya!" Tudingnya yang membuatku seketika memutar bola mata malas. Another Nauval Fans. "Bisa-bisanya sih Nauval mau sama lo," ucapnya sinis dan menatapku dari atas ke bawah seperti juri yang akan menilai model untuk acara paris fashion week. Aku ingin mengatakan bahwa Aku dan Nauval sedang tidak menjalani hubungan yang ia maksudkan tapi rasanya percuma karena vidio saat Nauval menciumku sudah beredar di kalangan luas. Trending topik one yang membuat sekolah heboh dan para manusia sialan yang tak terima ingin menghabisiku sepeti Adila ini.

"Pake pelet apa lo?" Tanyanya sekali lagi membuatku memutar bola mata malas. Kenapa semua orang menuduhku pake pelet sih! Mau kujawab pake pelet piranha kok keliatannya gak etis, takutnya dia malah melotot dengan matanya yang besar itu.

"Maaf tapi saya gak ada waktu untuk menjawab pertanyaan kamu itu, saya ada urusan," jawabku masih sambil memberikan senyum tipis. Mencoba beramah tamah.

"Berani banget lo!" Berangnya sambil melotot, "lo ya yang pasti goda-godain Nauval." Astaga Nauval nih seterkenal apasih sampai-sampai semua cewek pada jadi orang gila begini, nuduh-nuduh orang sembarangan.

"Gak tuh," jawabku mencoba berani, "kenapa? Kamu gak berhasil ya dapetin Nauval?" Tanyaku dengan senyum mengejek. pasti dia sedang kebakaran jenggot sekarang, terbukti dari wajahnya yang memerah dan dadanya yang kembang-kempis seperti akan meledak dibalik seragam sekolahnya yang dimodel ketat itu.

Plakk

Sebuah tamparan melayang mengenai pipi kiri ku. Tidak membuat telingaku berdenging tapi cukup keras sampai membuat pipiku kebas dan mungkin memerah dengan cetakan tangannya sekarang, ditambah perasaan malu yang mulai menggerogoti karena seketika kumpulan orang-orang yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing mulai mengerumuni kami.

Emosiku mulai terpancing, aku memang tak ingin terjadi pertengkaran. Tapi jika ia mulai main fisik tak tanggung-tanggung aku juga akan membalasnya lebih kejam. Ingat mottoku orang baik akan kubalas baik, tapi orang jahat akan kubalas jauh lebih jahat.

Aku menarik rambutnya yang tergerai panjang sepeti kuntilanak itu. Mencoba sekuat tenaga menariknya berharap bisa tercabut hingga ke akar-akarnya.

"Argh," erangnya kemudian balas menjambakku tak kalas keras. membuatku merasakan akar-akar rambutku yang rasanya dicabut dari tempatnya. Tak ayal aku kembali menjambaknya lebih keras membuatnya semakin mengaduh kesakitan apalagi beberapa helai rambutnya mulai rontok berada ditanganku.

Aksi kami terus berlanjut, dari jambakan berubah menjadi cakaran dan tendangan ditambah tak ada satupun dari kerumunan orang tersebut yang berusaha untuk melerai pertikaian kami, justru dukungan dan koor semangat dari mereka semua membuat suasana kian memanas.

Aku merasakan tangan Adila mulai menjauh dariku saat seseorang berada di tengah-tengah berusaha untuk memisahkan kami. Tapi karena perasaan marah yang membuncah di dada, aku masih berusaha untuk kembali mencakar wajah mulusnya.

"Stop Jovanka!" Meski napasku memburu aku menghentikan aktivitasku saat sebuah suara yang tak lagi asing terdengar tegas tepat di sampingku.

Badanku yang masih sempoyongan dicekal erat olehnya. Membuatku bisa menatap dengan leluasa Adila yang sekarang berdiri dengan orang yang juga berusaha memegangi kedua tangannya. Rambutnya yang panjang terlihat acak-acakan dan mengembang. Terlihat sepeti penyihir pipiyot dalam cerita nirmala yang biasanya kubaca di majalah. Juga cakaran yang menghiasi pipi mulusnya itu.

Vanilla BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang