[ 13 ] Strawberry Ice Cream

51 26 0
                                    

Tadinya aku membayangkan Nauval membawa motor jenis Ninja! Ducati atau motor besar seperti di Film Dilan Namun pemikiran ku terhapuskan saat Nauval memutar kontaknya diatas motor matic 125cc

Hm, yasudahlah lebih aman begini. Gagal deh dibonceng pake motor keren.

Aku mengenakan helm berwarna pink dengan motif hello kitty yang ia angsurkan kepadaku, ewh, harus ya pink begini, "Punya lo, Val?"

"Punya Bunda, udah pake aja."

"Ya kirain, lo kan sukanya yang model begini." Aku tertawa mengejek sambil menaiki motornya itu. Aku menoleh kekanan dan kekiri

Ini pegangannya gimana ya?

Biasanya saat aku menaiki ojek, aku lebih memilih untuk berpegangan pada bahu atau jaket milik abang ojol tersebut. Tapi inikan Nauval? Masa iya harus begitu, bodoamat aku memegangi bahunya saja.

Parkiran sekolah sudah cukup sepi, hanya menyisan beberapa motor yang masih gagah berdiri. Aku bersyukur dalam hati, setidaknya aku tak akan menjadi bahan gosip lagi karena pulang bareng Nauval. Entar dikira pacaran beneran lagi, kan berabe! Bisa bisa tiap hari makan cakaran medusa. Ih serem!

Nauval mulai menjalankan motornya dengan hati-hati, melewati beberapa pengendara lain dengan tak lincah. Aku sedikit ragu karena berkali-kali Nauval terlihat tak bisa menjaga keseimbangan membuat badan motor sedikit oleng. Kulihat bulir keringat mengalir di pelipisnya dengan lancar, membuat ku jadi lebih was was.

"Lo bisa gak, Val?" Tanyaku curiga. Pasalnya gerak-gerik Nauval terlihat seperti aku saat belajar sepeda motor dulu. Haduh, masa iyasih dia belum bisa motoran, malu-maluin aja!

"Diem Jop, gue lagi fokus!" Teriaknya dengan mata yang masih fokus pada jalanan. Bukannya semakin tenang aku mulai jadi gelisah, Nauval mulai semakin tak bisa menjaga keseimbangan. Membuatku merem melek ketakutan bahkan siap-siap untuk loncat.

Dan sesuai dengan perkiraanku sebelumnya bahwa memang aku tidak ditakdirkan untuk pulang bareng Nauval menggunakan motor karena akan berakhir mengenaskan.

Aku memekik saat Nauval tak sengaja menabrak trotoan yang ada di pinggir jalan. Tidak sampai membuat kami berdua terjatuh karena buru-buru ia menurunkan kakinya untuk membuat motor tetep berdiri, apalagi tak banyak kendaraan yang lewat sekarang, cukup untuk kami berdua agar tak celaka. Untung deh!

"Lo bisa gak sih, Val?" Jeritku sambil meredam amarah. Gimana gak kesel coba? Ini aku habis diserang medusa loh, masa harus dibikin celaka lagi sih!

"Hehe, lupa caranya. Lo tau sendiri gue udah gak pernah motoran." Ia Menoleh kepadaku sambil memamerkan cengiran bodohnya membuatku jadi gemas sendiri.

"Yaudah, biar gue aja." Putusku sambil mengambil alih motor, terlihat ia cukup terkejut.

"Emang lo bisa?"

"Gini-gini gue lebih jago daripada lo ya." Memang benar, dirumah aku memiliki satu motor, hadiah dari papa saat ulang tahunku yang ke 17 lima bulan yang lalu, hanya saja beliau tak memperbolehkanku untuk menggunakannya ke sekolah karena belum punya SIM. Jadinya aku hanya menggunakan motor tersebut disekitaran komplek saja.

Akhirnya kami membelah jalanan dengan posisi aku di depan sedangkan Nauval dibelakang, tampak menikmati pemandangan dan semilir angin yang membelai lembut kulit wajahnya, maklum sih udah lama gak motoran, jadinya norak senyum senyum sendiri.

"Berarti kalimatnya diganti ya 'Lo cewek pertama yang bonceng gue'," ucapku dengan mengeraskan suara sambil tetap fokus untuk menjalankan motor.

"Hahaha, sorry deh," ujarnya sambil senyum saat kulihat sekilas di kaca spion, "eh Jop, kita main ke tempat favorit kita dulu yuk."

Vanilla BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang