Bab 24 (Kehamilan 2 Orang)

105 7 0
                                    

Nabila sedang melakukan kegiatan menyusui putra pertamanya yang telah diberi nama Nareza Ahmad Arrahman saat acara tasquran dan aqiqoh nya diusia 3 minggu.

Nabila sangat bersyukur akhirnya dia bisa melahirkan jagoan tampannya walaupun harus melewati Operasi sesar.

Kata dokter saat itu Nabila sangat lemah jadi dia harus segera dioperasi. Walaupun dengan sisa tenaga Nabila menolak hal tersebut dikarenakan dia sangat ingin melahirkan secara normal tapi karena paksaan suaminya Bagas yang tak mau Kedua orang tersayangnya kenapa-kenapa pun menyanggupi.

Soal biaya operasi tak perlu ditanyakan karna kedua orang tua mereka, dari keluarga Nabila ataupun keluarga bagas yang memiliki uang yang lebih.

Hanya untuk operasi sesar bagi mereka itu tak seberapa dibandingkan dengan keadaan orang yang akan melahirkan maupun cucu mereka yang belum dilahirkan.

"Yang, Eza belum selesai ya?" Tanya Bagas kepada Nabila

"Belum say. Dia aja masih kuat banget nyusunya."

"Anak papa rakus banget nya nyusunya. Tenang sayang, papa gak akan minta kok." Ucap Bagas sambil menciumi Putra pertamanya.

"Say ih. Jangan rasuki pikiran omesmu itu pada putra tampanku ini."

"Iya yang. Maafin papa yha sayang." Ucap Bagas sambil nengusap pucuk kepala Reza

<★★★>

"Mas ini Kopinya." Ucap Mila sambil menghidangkan kopi di depan Devano suaminya.

"Makasih yha sayangku. Sini duduk dulu. Mas mau ngomong sebentar." Ucap Devano

Mila hanya menurut untuk duduk disamping Devano suaminya yang sedang memibuk jopinya di depan Tv yang tidak dinyalakan.

Mila pov.

Saat aku ingin duduk, tiba-tiba perutku seperti ada yang mengocoknya, dan aku ingin sekali memuntahkan isi perutku ini.

Aku mencoba menahannya tapi malah semakin parah saja rasanya. Tanpa pikir panjang akupun langsung pergi ke wastafel untuk memuntahkan isi perutku.

Hoek... Hoek.. Hoek

Saat sedang memuntahkan isi perutku tiba-tiba ada seorang yang membantuku mengeluarkan isi perutku.

Aku bingung kenapa yang keluar hanya cairan bening terus.

"Kamu gak papa kan sayang?"

Dia adalah suamiku Devano Ferdian yang membantuku mengeluarkan cairan perutku dengan memijit tengkuk ku.

Karena mualku kembali datang aku mengabaikan Mas Vano tapi Mas Vano masih setia memijit tengkuk leher ku.

"Ayo kita kerumah sakit aja! Mas khawatir akan kondisimu sayang, Ayo!!" Ajak Mas Vano padaku tapi aku...

Aku rasa mualku ini mungkin karena masuk angin atau kecapean biasa

Aku berbalik menatap suamiku yang tampan dan aku melihat kekhawatiran dimatanya.

"Gak usah Mas! paling ini masuk angin biasa, kalau aku jstirahan nanti juga hilang kok." Tolakku halus

"Tapi kondisimu seperti ini sayang. Mas mau kita pergi. Mas takut kamu kenapa-napa." Pintanya

Aku memang sedikit pucat karena dari tadi aku hanya memuntahkan isi perutku dan gak mau makan.

Tiba-tiba Mas Vano menggendongku ala bridal style dan membawaku ke mobilnya yang terpakir manis di halaman rumah kita.

Sahabat Sampai Surga [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang