Kriingg.. Kriingg...
Bel istirahat berbunyi, dan Alexa yang sudah makan di kantin pun berjalan mengelilingi sekolah, mengamati sekitar. Ia merasa sedikit kesepian karena belum punya teman di sekolah barunya. Sesekali ia melirik ke bangunan-bangunan besar yang menghiasi sekolah, merasa heran sekaligus kagum dengan fasilitas yang ada.
"Wow, amazing, sekolah Aunty besar juga ya, fasilitasnya mewah," gumam Alexa, tersenyum tipis sambil menatap lapangan bola dan kolam renang besar di kejauhan. Dia merasa sedikit lebih nyaman di sini meskipun tidak ada teman untuk diajak bicara.
Tiba-tiba, langkah kakinya dihentikan oleh sebuah suara. "Hai, Alexa, lo sendiri aja?" tanya seorang cowok dengan senyum yang cukup ramah, namun terasa sedikit mengganggu bagi Alexa.
Alexa memutar bola matanya malas. Halley. Sejak pertama kali bertemu dengan cowok ini, Alexa merasa enggan berurusan dengannya. Entah kenapa, ia hanya merasa tidak nyaman di dekatnya. Tanpa menjawab, Alexa terus melangkah dengan cepat, berusaha mengabaikan percakapan yang ingin dimulai Halley. Namun, Halley tetap mengikuti, mencoba untuk menarik perhatiannya.
“Alexa, lo denger gak sih?” tanya Halley, sedikit kesal karena Alexa tidak memberi respon.
Alexa tidak menoleh, bahkan langkahnya semakin cepat. "Gak penting," jawab Alexa dengan nada datar, tetap berjalan menjauhi Halley yang masih kebingungan.
Drrttt... Ponsel Alexa bergetar di dalam tasnya. Ia menarik ponsel dan melihat siapa yang menelepon.
Uncle is calling
"Hallo, Alexa," suara Paman terdengar tegang, langsung membuat Alexa serius mendengarkan.
"Iya, kenapa?" jawab Alexa, mencoba menjaga ketenangannya meskipun hati mulai berdebar.
"Markas diserang oleh D'P Mafia," suara Paman terdengar cemas.
"Yang mana, Paman?" Alexa bertanya, langsung fokus.
"Markas utama yang berada di daerah 'Terlarang'. Mereka datang dengan ratusan pasukan dan sudah banyak pasukan kita yang tewas. Mereka menggunakan racun merkuri. Paman nggak bisa bantu, lagi ada rapat penting," jelas Paman.
"Tenang saja, Alexa akan kesana dalam lima menit," jawab Alexa tegas, tanpa ragu sedikit pun.
Tutt...
Ponsel dimatikan. Alexa merasa marah. Bagaimana bisa mereka mengetahui letak markas utama mereka? Ini jelas bukan serangan sembarangan. Halley yang melihat Alexa berhenti dan menatap ponselnya dengan serius, mendekat, penasaran. "Siapa yang barusan nelpon lo?" tanya Halley, mencoba mengorek informasi.
"Bukan urusan lo," jawab Alexa dengan dingin, matanya tetap tertuju pada jalan di depannya.
Tanpa memberi kesempatan bagi Halley untuk bertanya lebih lanjut, Alexa berjalan pergi meninggalkannya yang masih bingung.
Tok... Tok... Tok...
“Masuk!”
Alexa membuka pintu dan melangkah masuk ke ruangan Aunty Lia yang sedang duduk di meja kerjanya. Suasana langsung berubah serius begitu Alexa menyampaikan niatnya.
"Aunty, Alexa akan pergi," kata Alexa tanpa basa-basi.
"Kemana Alexa?" Aunty Lia mengangkat pandangannya, raut wajahnya langsung berubah cemas.
"Markas di daerah 'Terlarang' diserang oleh D'P Mafia," jawab Alexa dengan suara datar, seolah-olah itu hal yang biasa baginya.
"Kenapa mereka bisa tahu letak markas utama kita?!" Aunty Lia terlihat marah, matanya menyipit tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE] Kalimat masih acak-acakan. Harap di maklumi Mungkin jadi Mafia bukan keinginan gadis itu. Namun keadaan yang harus merubahnya menjadi seorang Mafia yang kejam. Ia tak pernah takut menghadap...