37. Kejadian

14.9K 984 51
                                    

22.23

"Sorry bang, gue telat selamatin lo," kata Alexa sambil memasuki ruang rawat VIP. Setelah sebelumnya Revan keluar dari ruang UGD, akhirnya ia dipindahkan ke ruangan yang lebih baik berkat bantuan Alexa. Saat itu, wajah Alexa penuh dengan rasa khawatir yang mendalam. Keadaan Revan sudah mulai membaik, meskipun masih terlihat lemah. Revan tersenyum, tetapi senyumnya tetap terlihat agak terpaksa, tubuhnya yang kurus semakin membuat Alexa cemas.

"Gak apa-apa, yang penting sekarang gue udah selamat," jawab Revan sambil tersenyum lembut kepada Alexa, yang adalah satu-satunya keluarga yang masih dia miliki.

Revan sejenak terdiam, seolah ingin mengungkapkan sesuatu. "Oh iya, lo tau gak siapa yang nyelamatin gue?"

Namun, ucapan Revan terputus begitu saja, karena Alexa sudah lebih dulu menjawab dengan tenang. "Gue tau, karena gue yang ngirim dia buat nyelamatin lo."

Revan menatap Alexa bingung. "Kenapa? Bukannya dia udah ngkhianatin lo?"

Alexa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba menutupi rasa canggungnya, lalu tersenyum lebar. "Hehe, gue juga gak tau kenapa bisa gue ngirim dia, tapi... gue rasa dia layak dapet kesempatan sekali lagi."

Revan terkekeh, sedikit menggelengkan kepala. "Gue kadang heran sama lo, dek. Sikap lo yang barbar itu, tapi omongan lo tiba-tiba bisa jadi bijaksana."

Alexa mendengus dan melipat tangan, menatap Revan dengan ekspresi sedikit kesal. "Lo ngatain gue, bang?"

Revan tertawa kecil, senang melihat Alexa yang terlihat sedikit kesal. Dia sadar sudah lama tidak menggoda Alexa seperti ini, dan ternyata masih sangat menyenangkan.

"Gue mau tidur, lo gak balik? Atau perlu gue telfon adek ipar?" kata Revan sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur, mencoba mengusir Alexa.

Alexa membelalakkan matanya dengan kaget. "Adek ipar apa sih, bang? Gue tuh single!" jawabnya dengan agak gugup, sedikit merasa canggung.

Revan malah tersenyum nakal. "Itu, si Albara—lo kemanain? Jangan bilang lo cuma nganggep dia teman aja. Dek, gue bilangin ya, jangan pernah gantungin perasaan orang lain, karena itu sakit." Revan berbicara dengan nada dramatis, mencoba menggoda Alexa lebih lanjut.

Alexa menatapnya dengan wajah jijik. "Lo lagi curhat, bang? Siapa yang digantungin perasaannya? Lo, ya?" tanya Alexa dengan nada sarkastik, sambil tertawa mengejek.

Revan mendengus kesal. Niatnya cuma menggoda Alexa, tapi malah dirinya yang jadi bahan ejekan. Sekali lagi, Alexa berhasil membuatnya merasa malu. Sepertinya, kali ini Revan harus berpikir dua kali jika ingin menggoda Alexa lagi.

Dengan frustrasi, Revan mengibaskan tangannya ke arah Alexa, memberi isyarat agar dia pergi. "Lo ngusir gue, bang?" tanya Alexa dengan nada pura-pura terkejut.

Revan mengangguk santai, berbaring kembali di atas kasur. "Iya, gue ngusir lo. Pulang sana, gue mau tidur."

Alexa mendengus kesal, tapi tetap tersenyum jengkel. "Dasar abang gak ada akhlak!" katanya sambil menendang kasur Revan, membuatnya bergoyang sedikit, dan kemudian pergi dengan langkah cepat. Saat Alexa keluar, Revan tidak bisa menahan tawa kecilnya. Dia teringat bagaimana sebelumnya Alexa sempat kesal, dan itu justru menghibur hatinya.

---

BRAKK

"KALIAN SEMUA BODOH!"

Zacky kini berada di ruang bawah tanah rumah bordir tempat dia menyekap Revan waktu itu. Dengan semua anggotanya dia kumpulkan karena ingin membahas sesuatu tapi terhenti kala tidak melihat Revan disana.

ALARICE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang