Pagi ini dilapangan seluruh murid VIHS merapalkan do'a agar Alexa baik-baik saja setelah menjalankan operasinya siang nanti. Yura dan Shila mereka berdua berada di rooftop, karena tidak ingin ada yang melihat mereka menangis sedih karena sahabat baiknya akan menjalankan operasi tumor otak.
Pintu rooftop terbuka, disana menampilkan seorang pria yang berdiri dengan sempurna namun di hatinya tidak, dia sangat kesakitan mendengar bahwa keluarga satu-satunya mengalami tumor di otaknya, ya dia Revan abang Alexa. Dia menahan air matanya agar tidak jatuh, dia melangkahkan kakinya mendekatkan diri pada dua sahabat Alexa.
"Gue udah minta izin sama kepala sekolah, sebentar lagi kita kerumah sakit" Lirih Revan pada dua orang gadis yang duduk bersimpuh di sana. Mereka menghapus air matanya dengan telapak tangan.
"Cuma kita bertiga ke rumah sakit? Albara gak ikut?" Tanya Yura.
Revan menggeleng "Dia udah tiba di rumah sakit dari tadi pagi" Shila dan yura mengangguk lesu, mereka masih tidak bisa menyangka jika Alexa memiliki penyakit yang berbahaya.
BRAKK!!
Pintu rooftop terbanting dengan keras disana seorang pria terengah-engah karena habis berlari dari lantai bawah sampai rooftop, dia Halley. Halley mengatur nafasnya sejenak lalu menghampiri Yura, Shila dan juga Revan, mereka bertiga hanya menatap Halley tanpa ingin mengeluarkan satu suara pun.
"Kalian mau ke rumah sakit kan?" Mereka bertiga mengangguk "Gue ikut" Ucapnya tanpa basa-basi.
Sebenarnya Yura tidak ingin jika Halley ikut ke rumah sakit dengan alasan yang sama yaitu menjenguk Alexa, entah mengapa Yura merasakan perasaannya kurang enak jika Halley dekat-dekat dengan Alexa. Tapi Yura tidak mempunyai bukti jadi dia hanya mengangguk dan menyetujui Halley ikut.
Halley menoleh menghadap Yura "Ada yang mau gue omongin sama lo, ikut gue" Tanpa bertanya apa maksud nya Yura mengikuti Halley dari belakang. Mereka turun dari rooftop berjalan sampai ke taman belakang.
"Mau lo bawa kemana gue?"
"Lo pacaran kan sama Vero?" Yura mengangguk, "Memang kenapa?"
"Apa Vero pernah cerita ke lo kalau dia..." Halley menghentikan ucapannya, ia bingung mau bertanya pada Yura atau tidak bagaimana jika gadis di depannya ini belum tau.
"Dia apa?" Desak Yura penasaran.
"Hah" Halley menghela nafas "Apa dia pernah cerita ke lo kalau dia mau pindah ke luar negeri?"
Yura tersentak lalu menggeleng "Dia gak pernah cerita ke gue. Untuk apa dia pindah ke luar negeri?" Tanya Yura.
Halley menggeleng "Lebih baik lo sendiri yang tanya ke dia, gue gak berhak buat kasih tau alasannya" Lalu pergi meninggalkan Yura sendiri di taman belakang sekolah.
Setelah peninggalan Halley, Yura mengepalkan tangannya lalu pergi menuju kelas Vero.
Sampainya di kelas Vero, Yura tidak melihat adanya Vero disana jadi dia bertanya pada salah satu teman kelasnya dan mengatakan bahwa Vero berada di gudang sekolah bersama Peter.
"Makasih" Kata Yura bergegas keluar dari berlari menuju gudang.
Yura membuka pintu gudang tidak sabar, disana dia melihat Vero dan Peter yang memandangi nya dengan muka terkejut.
"Yura" Panggil Vero.
"Lo... Lo brengsek tau gak!" Lirih yura, Vero menghampiri yura dan memeluknya.
"Peter, bisa tinggalin gue berdua sama yura?" Tanya Vero. Peter mengangguk.
"Sorry" Lirih Vero, "Sorry gue gak kasih tau sama lo ra, gue gak mau lo sedih kalau gue ninggalin lo makanya gue mau pergi tanpa bilang sama lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE [COMPLETED]
أدب المراهقين[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE] Kalimat masih acak-acakan, belum direvisi. Harap di maklumi Mungkin jadi Mafia bukan keinginan gadis itu. Namun keadaan yang harus merubahnya menjadi seorang Mafia yang kejam. Ia tak pernah...