43. Undangan

16.3K 1K 75
                                        

"Apakah ada kendala ketika saya beberapa minggu tidak masuk?"
Tanya Alexa, suaranya tenang, meskipun matanya terus memantau setiap ekspresi di wajah para karyawan yang duduk di sekitarnya. Siang itu, ia sengaja mengadakan pertemuan dengan seluruh staf untuk menanyakan apakah ada masalah yang timbul selama ketidakhadirannya.

"Tidak ada, nona," jawab salah satu karyawan pria, yang terlihat sedikit ragu namun meyakinkan.

Alexa mengamati mereka semua, matanya tajam, seolah ingin memastikan jawabannya benar-benar jujur. Namun, rasa tidak puas masih menggelayuti pikirannya. Dia menatap ke arah mereka satu persatu, lalu bertanya lagi. "Apa saat saya tidak ada di sini, ada seseorang dari perusahaan lain yang ingin bertemu dengan saya?"

Karyawan-karyawan itu terdiam sejenak, saling berpandangan. Hening sejenak. Mereka jelas enggan untuk mengatakan sesuatu yang bisa menimbulkan masalah. Alexa tetap diam, menunggu jawaban mereka.

Kemudian, seorang karyawan perempuan, yang terlihat masih muda, mengangkat tangannya pelan. Semua mata kini tertuju padanya. "Waktu itu ada seorang pria, nona," kata wanita itu dengan sedikit gugup, "Pakaiannya serba hitam dan dia agak mencurigakan. Dia ingin bertemu dengan nona, tapi saya menyuruhnya pergi karena nona tidak ada di kantor waktu itu."

Alexa mendengarkan dengan seksama, sedikit mengernyitkan dahi. "Tentu saja itu Halley," pikirnya. Bagaimana tidak, tingginya yang mencolok dan gaya pakaiannya sudah pasti mengingatkannya pada Halley. Tentu saja, dia telah melihat rekaman CCTV dan mengenali pria itu dengan sangat baik.

Namun, pertanyaan yang muncul di benaknya adalah, untuk apa Halley ingin menemuinya? Apakah ia ingin menjatuhkan Alexa lagi? Tapi Alexa menepisnya begitu saja, seolah tak ingin terlalu banyak berpikir. "Itu bukan masalah besar," gumamnya dalam hati. "Yang lebih penting sekarang adalah apa yang terjadi selanjutnya."

Setelah memeriksa dan memastikan semuanya berjalan lancar di perusahaan, Alexa merasa sedikit lega. Semua tampak baik-baik saja di sini, dan itu memberi sedikit rasa tenang di hatinya.

"Sebelum pulang, kita mampir dulu di L'Cafe, ya?" Ajak Albara yang duduk di sampingnya, melirik Alexa dengan penuh perhatian.

Alexa mengangguk tanpa banyak bertanya. Biasanya, dia akan pergi ke perusahaan bersama Yura, tapi kali ini, Yura harus pergi menemui Vero untuk urusan yang penting. Jadi, Alexa membiarkan Yura pergi sementara dia sendiri pergi bersama Albara.

Mobil bergerak dengan kecepatan 60 km/jam, dan Alexa duduk santai di bangku depan sambil memainkan ponselnya. Albara sering meliriknya, membuat Alexa sesekali menoleh ke arahnya. Meskipun Albara tidak mengatakan apapun, Alexa merasa ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Begitu mereka sampai di L'Cafe, Albara langsung memesan minuman yang sama dengan Alexa-Americano-sesuai dengan kebiasaan mereka berdua.

Setelah beberapa saat, Albara mulai membuka pembicaraan. "Gue ngajak lo kesini cuma buat kasih tau sesuatu."

Alexa menatapnya dengan penasaran, sudah bisa menebak kalau pembicaraan ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi kemarin. Jantungnya berdetak lebih cepat. "Mampus gue!" pikirnya, sedikit panik.

"Sebenarnya--"

Namun, Albara terhenti saat seorang pelayan datang dan menyajikan pesanan mereka. Alexa merasa sedikit lega, bisa menarik napas dalam-dalam. Tapi, hanya sebentar.

"Eh, tapi sebelum itu, gue mau lo jawab tebak-tebakan dulu."

Alexa meliriknya dengan bingung. "Apaan emang?" tanyanya, suara sedikit kesal karena tak sabar mendengar apa yang ingin dikatakan Albara.

ALARICE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang