20. Kejutan

20K 1.2K 58
                                    

Jessie dan Shila masih mematung di kamar Jessie, tak mampu bergerak dari tempat mereka berdiri. Mereka merasa seolah-olah dunia yang mereka kenal mendadak runtuh di depan mata. Kenyataan pahit yang baru mereka terima—bahwa Alexa, sahabat mereka yang selama ini mereka anggap biasa, ternyata adalah seorang mafia—terasa seperti pukulan telak.

Setelah dipikirkan lebih dalam, mereka akhirnya menyadari bahwa pekerjaan mafia memang seperti itu, penuh dengan kekerasan dan perhitungan yang tak terhindarkan. Mereka merasa kaget, tapi entah kenapa, setelah merenung, semua itu seolah masuk akal. Dunia yang selama ini ada di luar pemahaman mereka ternyata adalah kehidupan yang harus dijalani oleh Alexa. Dunia yang tidak pernah mereka bayangkan, bahkan dalam mimpi sekalipun.

Namun, di balik citra keras itu, mereka tahu—Alexa bukanlah monster. Gadis itu, yang selama ini mereka kenal sebagai sosok yang baik hati, ramah, dan penurut, ternyata menyimpan sebuah luka yang sangat dalam. Sebuah luka yang mungkin tak bisa mereka pahami sepenuhnya. Alexa selalu berusaha tampak biasa saja, menyembunyikan sisi gelapnya, meski ada kepedihan yang begitu besar di dalam dirinya.

Mereka tidak tahu betapa sulitnya bagi Alexa untuk menjalani kehidupan ganda. Alexa bukanlah orang jahat. Ia menjadi seperti ini karena dipaksa oleh keadaan yang kejam. Ada yang sudah mengganggu keluarganya, menghancurkan dunia yang ia kenal. Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, tapi tak bisa ia hindari.

Baru beberapa hari setelah kepergian Aunty-nya yang sangat ia cintai, dunia Alexa terbalik. Ketika Aunty-nya pergi, ia merasakan kehilangan yang begitu dalam—tapi itu baru permulaan. Ketika orang tuanya, sosok yang menjadi tempat ia berlindung, dibunuh dengan cara yang sangat kejam oleh keluarga Lange, semuanya berubah. Keluarga Lange menyuruh pembunuh bayaran untuk menyuntikkan racun pada kedua orang tuanya, membunuh mereka dalam keheningan yang mencekam. Tidak ada peringatan. Tidak ada belas kasihan.

Tok.. Tok.. Tok

"Kalian berdua mau ikut gak?" Tanya Yura

"Mau kemana?" Tanya Jessie melihat penampilan Yura yang sedikit ya feminim.

Lepas tawa Shila melihat penampilan sahabat nya yang satu ini "Wkwkwk lo kenapa pakai baju gituan? Gak cocok tau" Ucap Shila yang masih tertawa. Bagaimana tidak, Yura memakai atasan lengan pendek dan rok diatas lutut. Yura ini ternyata keturunan orang korea, makanya matanya sipit.

"Ck! ketawa lo sekali, lagi gue bogem" Decak Yura.

"Hehe sorry sorry, tapi lo mau kemana sih?"

"Alexa ajak kita ke cafe, kalian mau ikut gak?"

"Ikuuttt!!" Ucap Jessie dan Shila bersamaan.

"Yaudah siap siap. Gue tunggu kalian dibawah"

"SIAP BU BOSS"

***

Setelah beberapa saat berlalu, mereka akhirnya sampai di Lucia's Cafe, salah satu kafe milik Alexa yang terletak di pusat kota Jerman. Begitu melangkah masuk, suasana yang hangat dan nyaman langsung menyambut mereka. Lampu-lampu temaram dan aroma kopi segar mengisi udara, menciptakan suasana yang tenang dan jauh dari kekacauan yang baru saja mereka alami. Alexa tahu betul bahwa tempat ini bisa menjadi pelarian sejenak dari kenyataan yang penuh ketegangan.

Alexa memimpin mereka ke meja di sudut kafe yang tenang, tempat yang sering ia kunjungi untuk melepaskan penat setelah hari-hari panjang. "Ayo, kalian butuh istirahat. Kita perlu sedikit waktu untuk rileks setelah kejadian tadi," kata Alexa dengan senyum yang mencoba menenangkan, meskipun ada sedikit ketegangan yang masih tergambar di wajahnya.

ALARICE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang