19

15 7 1
                                    

Gadis ini berbaring seakan sedang sakit, Ya itu jelas dia sedang merasakan sakit batin yang mencondrongkan mana yang harus dia pilih, teman atau kekasih hidup. Gadis ini sungguh sudah dihepnotis dengan permasalahannya yang datang akhir-akhir ini. Tak peduli dengan suara-suara diluar sana, dia hanya fokus menatap poto Tris dan dirinya saat sedang beramain di taman, yang terbingkai rapih di atas loker samping ranjang.

"Gue harus gimana? (Menangis), Gue gak mau kehilangan semuanya;(," Batinnya menangis.

Malam ini divia merasa tertekan dengan semua orang orang yang hanya membuatnya berpikir seakan sulit tuk dipecahkan. Dengan sendirinya gadis ini membayangkan waktu pertama kalinya dia bertemu trisna, seakan sedikit-sedikit membuatnya tenang telah membayangkan sesuatu yang bahagia. Tersenyum sendiri, meneteskan air mata, entah itu sedang bahagia entah sedang bersedih.

"Jika harusku korbankan dia, aku ikhlas demi teman yang ku anggap sodaraku," Batinnya menangis, terasa perih merasa tak kuat lagi untuk bernafas.

---

(Teras atas ruamh frasca)

Pria ini pun sama hal nya selalu memikirkan hal bodoh yang tidak penting sangat tidakpenting. Frasca membayangkan hal nya dia pertama kali bertemu divia, entah kenapa dengan frasca dan entah kenapa dengan divia, yang sama-sama memikirkan waktu lalu.

"Fras," intan menyentuh pundak fras dengan lembut, yang terlihat sedang berdiri bengong menatap langit malam.

Frasca memalingkan pandangannya kearah samping kanan dan melihat intan yang menatap dirinya begitu serius, " intan, ada apa?," Tanyanya lalu membalikan kembali pandangannya menatap langit malam.

"Kenapa akhir- akhir ini loe terlihat murung?," Katanya masih menatap frasca.

"Ya, mencoba bangkit tapi sulit, mencoba bertahan tapi harus dilupakan," Jawabnya perlahan

Intan bingung apa maksudnya frasca, dan ini apa? Tentang apa?, itulah pertanyaan pertanyaan yang langsung menyentuh pikiran intan. " loe kenapa sih fras?." Intan serius dan meraba lengan fras kuat.

Frasca menatap tajam intan dan melepaskan rabaan yang menyentuh lengannya, "Sakit sangat menyakitkan," Ucapnya tajam, lalu pergi masuk kedalam rumah dengan raut wajah tidak baik baik saja.

Intan yang hanya bisa menatap heran frasca, sebenarnya apa yang terjadi dengannya?, itulah yang ada di benaknya intan, "heran, frasca kenapa?,"...

***

Keesokan harinya...
( diruang tamu)

" pah?," Panggil verra

" apa nak?," Sahut sang papa

" papa sama mama sibuk terus keluar kota, keluar negri," Jawabnya manyun

Keduanya menatap heran verra,
" sayang, mama sama papa sibuk kaya gini kan buat kalian juga, kerja buat siapa kalo bukan buat kamu sama ade kamu," Jawab Nyonya monica dengan raut wajah tenang.

"Iya sayang, kalo papa sama mama ga kerja kita mau makan apa?," Lanjut disaut papa

"Iyakan mah, pah, verra itu suka sebel tau sama divia, anaknya susah dibilangin, nyebelin, gimana aku mau jagain dia coba, yang ada males," bete verra, manyun teruss.

" lagian gue ga minta kak verra buat jagain gie, gue bisa jaga diri gue sendiri. Dan gue udah dewasa bukan anak kecil lagi," Tiba2 divia menyaut dari belakang verra berada.

Mereka semua terkejut,
Disitu divia menghampiri mereka semua lalu berkata, " gue bisa jaga gue sendiri tanpa kak verra jagain!," Ucapnya marah, "dan gue juga engga pernah ngebantah kak verra, apalagi susah dibilangin, gue gak pernah kaya gitu!!," lanjutt divia kesal

"Div, gue.." perkataanya terpotong

"Apa kak?!, yaudah kalo loe ga mau jagain gue gapapa, lagian gue bisa jaga diri sendiri kok!." Ucapnya lalu pergi menuju pintu keluar rumah dengan raut wajah sedih dan marah.

" Divia, sayang," Panggil nyonya monica menyusul divia.

"Mah?," panggil verra,

"Udah-udah, kamu diam dulu, mending kita nyusul mereka," kata papa

Verra dan Papa beranjank dari meja makan dan menyusul Mama monica dan divia,

Tanpa respon divia terus berjalan keluar, tapi nyonya monica terus mengejarnya, "Divia, mama mohon dengerin mama sayang," Teriaknya

Setelah mendengar mama memanggilnya dan berkata seperti itu divia menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah mamanya, dan kembali membalikan badan menghampiri mamanya. " mama pasti mau bilangkan kalo aku ga mungkin bisa jaga diri sendiri? Iya kan?," Menatap mamanya dengan mata berkaca kaca.

Tanpa membalas perkataan divia, nyonya monica langsung memeluk anaknya,

"Mama lepasin aku!!," kata divia mencoba melepaskan pelukan Mama monica

" mama tau kamu anak yang hebat, tapi mama khawatir kamu kenapa napa sayang, kakak mu hanya ingin kamu baik baik saja, Kak vera ingin mama dan papa juga bantuin jagain kamu. Mama tau mama salah," Kata nyonya monica melepaskan pelukannya dan menatap divia dengan rasa bersalah.

Verra menghampirinya," itu maksud gue div, Ga ada mksd lain. Gue cuman mau loe baik baik aja, Gue khawatir liat loe akhir akhir ini loe terlihat murung terus, dan gue gak bisa jagain loe sendirian gue butuh mama sama papa, makannya gue ngomong gitu ke mama sama papa," Kata verra jelas

" mah, divia bisa jaga diri sendiri kok, mama, papa dan kak verra, ga usah khawatir, aku bisa jaga diri sendiri, dan aku mohon jangan ganggu divia dulu, divia pengen sendiri dulu," Ucapnya, tanpa menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut mereka.

"Div.." panggil verra

Divia terus berjalan sembari meneteskan air mata, dia merasa sedih sangat sedih, masalah yang datang itu sangat membunuhnya, ya itu masalah cinta, pertemanan, dan keluarga.

My instagram: @sofia.officiall

(Maaf guys baru post lagi ya. Komen ya guys dan bantuin klik vote nya. Jan lupa juga yang belum follow. Follow dulu nanti di back. Maaf kalo kurang menarik😊😁)

Love In PresentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang