29

16 5 1
                                    

Malam ini frasca begitu bahagia bisa selalu dekat dengan divia, meski frasca tidak tau apakah divia menyukainya atau sebaliknya. Sulit untuk mengambil hati divia, frasca tau dia masih mencintai kakaknya itu (Trisna). Tak masalah untuk fras jika dia masih mencintai Tris, karena dia tau ketulusan dan kesetiaan Trisna untuk Divia memang begitu sempurna.

Frasca ingin mencoba seperti Trisna agar bisa dicintai olehnya, meski divia tau tidak ada lelaki seperti Tris didunia ini.

---

Keesokan harinya...

Mentari pagi telah datang bersama sang raja siang, pagi ini begitu cerah dan indah, kicauwan burung pun terdengar ramai diluar sana. Frasca yang masih tertidur pulas ditempat tidur dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Kebiasaan fras sejak dulu selalu bangun siang.

"Frass..." panggil seseorang dibalik pintu

Tidak ada sautan darinya, perlahan pintu pun dibuka oleh seseorang dibalik pintu itu, terlihat frasca masih terlelap pulas ditempat tidur, disitu divia membuka hordeng kamarnya, sehingga cahaya matahari menyorot kewajahnya frasca. Frasca mengeliat mencoba membuka matanya. Kemudian, terlihat divia sedang membuka hordeng dan merapihkan dokumen, jas kantor, laptop yang berserakan diatas meja.

"Apa kou tidak bisa bersikap dewasa?, masih saja bertikah sepertik anak-anak, acak acakan!!!," oceh divia sembari sibuk merapihkan laptop dan dokumen frasca yang berantakan.

Disitu frasca membangunkan tubuhnya, senang melihat divia yang rajin merapihkan semua barang kerjanya, "ya maaf, semalam aku begitu lelah," sahut fras sembari melirik divia yang sedang sibuk bebenak.

"Terbiasalah bertingkah dewasa, merapihkan kamar sendiri, bangun lebih pagi," ocehnya

Frasca tersenyum, merasa bahagia bisa diperhatiin olehnya, " akan ku coba," sahutnya lagi sembari beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar kecil (toilet).

"Dasar cowo aneh, masih saja bertingkah seperti anak kecil," oceh Divia sembari bebenak.

"Diviaa maaf ?aku lupa, tolong bawakan handuk untukku," panggilnya keras di toilet

Divia menyurutkan bibirnya, memang menyebalkan fras, mau mandi pun pake lupa membawa handuk dasar payah, "yaampun!!," divia terpaksa membawakannya lalu memberikan handuk itu untuk fras.

"Fras buka pintunya!, ambil handuk ini!!," kata divia keras tapi sedikit kesal

Frasca membuka sedikit pintunya dan hanya menyodorkan tanyanya saja, "mana..?," katanya dengan menggerak gerakan jari jarinya.

Disitu divia memberikannya, tetapi frasca mencekram handuk itu bersamaan dengan tangan divia, divia terdiam kaku, merasa deg-degan tangannya dipegang frasca begitu erat.

"maaf gak sengaja," kata fras dibalik pintu toilet, lalu melepaskan tangan divia begitu saja dan membawa handuknya,

"Oke, gapapa," sahut divia merasa tegang, dan pergi dari kamar fras...


---

(Skip ruang tamu)

Duduk intan dan Divia berbincang-bincang mengenai pemakaman tris dan Nyonya Andriana, berencana untuk berkunjung kepemakaman Trisna dan Nyonya Andriana,

Turun frasca menuruni tangga dengan penampilan begitu keren, dan sangatlah tampan.

"Hai fras," sapa intan, " keren sekali," pujinya

Love In PresentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang