Sesampainya Divia di depan gerbang rumahnya, ia berhenti melangkahkan kakinya. Dan divia merasa takut mengapa ucapan yang dikeluarkan sela masih saja menghantui pikirannya, padahal Divia mencoba untuk tidak mempercayainya, kenapa semua yang dikatanya membuat dirinya kembali rapuh. Divia merasa takut kehilangan seseorang (pikirannya tetuju kepada Trisna), divia yang mulai meneteskan air mata sembari menjambak rambutnya dengan kedua tangannya, "TIDAK, lama-lama gue bisa defresi!!," Teriaknya sangat kencang, dia tak bisa menahan tangisannya, Dia merasakan sesek nafas.
Tiba-tiba dua orang pria menghampirinya, ya itu Trisna dan Frasca, semua orang keluar dari rumah setelah mendengar teriakan Divia yang begitu keras, "Div, kamu kenapa?," Trisna panik, mencoba menenangkan pacarnya.
"Divia!!," panggil verra dan Mama monica terkejut melihatnya
"Ada apa ini?," panik Nenek Rima
"Div!," panggil frasca
Tetapi disitu divia tidak menyautnya, saat ini dia hanya bisa menangis menatap tajam Trisna dan memeluknya erat, " jangan pergi..!," Ucapnya pelan
Frasca yang terlihat cemburu, bertindak menjauhkan diri dari mereka berdua dan mendekat kepada neneknya.
"Iyaa div, aku gabakalan pernah ninggalin kamu,"
Intan menghampiri mereka, untuk menyaksikan apa yang sudah terjadi. Tetapi intan merasa sakit melihat Trisna dan Divia berpelukan seperti itu. Namun, dirinya berusaha menyembunyikan rasa sakitnya dan berpura-pura baik-baik saja didepan mereka. Begitupun dengan frasca dia juga merasa sakit tetapi dia tidak mungkin meperlihatkan rasa cemburunya kepada divia
" Tris, mungkin divia cape terlalu banyak pikiran," Kata intan sembari menyentuh pundaknya dan menatapnya dengan serius
Divia hanya bisa menangis, dan teruss menangis, Terlihat begitu sesak dengan nafasnya.
"Gua balik dulu," Kata fraca
Membalikan badannya lalu melangkahkan kakin menuju kerumah, intan melirik fras celat dia taukm kalo dirinya cemburu, sama halnya yang dirasakan intan sendiri.Trisna mencoba menenangkan divia dan membawanya pulang kerumah, mencoba untuk bisa menghiburnya. Tris memang tidak tega melihat pacarnya dalam keadaan seperti ini. Dia sangat mencintainya dan menyayanginya.
Oh tidak, ternyata disisi lain ada Rahila yang menyaksikan semua itu, dia merasa puas melihat divia seperti itu, dia sangat membencinya setelah dia mengetahuinya bahwa divia berpacaran dengan Trisna. Rahila tersenyum pecik dia merasa bahagia melihat Divia berada dalam keterpurukan.
***
" Div, kenapa loe bisa kaya gini sih?," Verra sangat panik dengan ade nya yang mengigil.
"Ada apa sebenarnya Tris? Kenapa divia bisa kaya gini?," Tanya Nyonya monica menatap serius Trisna
"Tris ga tau tante, setelah tris pulang dari kantor, tiba tiba saja divia berteriak di depan rumah tante. Tris kira ada apa?," Jawab Trisna jelas
"Div, kenapa sih?, jawab gue!!," Paksa verra supaya divia mau ngomong.
"Ayo jawab kamu kenapa?." Kata Tris mengusap kepalanya
Sejenak Divia melirik Trisna dengan serius, "Aku ga mau kamu pergi," Jawabnya dengan perlahan
Trisna terdiam, "Iya div, aku gabakalan ninggalin kamu, Sampai maut memisahkan," Kata Tris menatap serius Divia dan mencekram lengannya begitu erat.
Tanpa basa basi divia langsung memeluk trisna begitu erat. Dia hanya bisa menangis dan berharap bahwa yang diharapkan divia dan trisna dikabulkan.
---
(Skip Kamar frasca)
Pria ini terlihat begitu lemah, murung, tidak bahagia. Dia hanya bisa terdiam menatap kosong langit kamar dengan mata berkaca-kaca. Oh tidak, pria ini menagis, dia menangis...kenpa? Apa yang sekarang dia rasakan? Dan siapa yang membuatnya jadi seperti ini?.
Tok tok tok
Frasca sama sekali tidak meresponnya, tidak peduli dengan seseorang yang mengetok ngetok pintu kamarnya.
Frassss...
Seseorang itu sepertinya masih berdiri didepan pintu kamarnya, ada apa sebenarnya? Mengganggu saja.
Dengan terpaksa frasca menguatkan diri untuk berjalan menuju pintu kamar dan membukanya. Siapa sih yang telah menganggunya itu..Setelah itu frasca membukakan pintunya...
"Happy birthday fras.."
Frasca sangat terkejut melihat intan membawakan kue ulang tahun dengan lilin angka 18 tahun, "INTAN."
"Semoga saja gue orang yang pertama mengucapin selamat ulang tahun, gue juga bawain sesuatu buat loe," Kata intan tersenyum
Frasca melihat jam dinding disamping kirinya, jam menunjukan pukul 00:02 tengah malam. Memang benar intanlah orang yang peratama mengucapkan happy brithday...
"Happy birthday to you, happy birthday to you,.. happy birthday, happy birthday, happy birthday frasca." Intan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk frasca. Disitu frasca terharu dan dia menangis, dia pikir tidak ada orang yang peduli kepadanya ternyata masih ada orang yang mengingat hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun.
"Makasih tan, loe udah buat sumua ini buat gue," Ucapan terima kasih frasca
Intan tersenyum dan mengangguk, "Yaudah nih loe tiup lilinnya!," Kata intan menyodorkan kue ultahnya ke hadapan frasca.
Saat frasca akan meniupnya..
" tunggu fras!!,"
Frasca terdiam dengan bibir dimanyunkan ketika ingin meniup lilin, "Kenapa?," Herannya
" euhh, sebelumnya berdoalah dulu apa yang loe inginkan, semoga allah kabulkan," Kata intan tersenyum
Frasca menggangguk lalu menutup matanya dan berkata di dalam hatinya, ('semoga ada orang yang benar benar mencintaiku dan menyayangiku'). Ucap hatinya berharap, setelah itu dia membuka kembali matanya, menatap intan datar lalu tersenyum.
Intan membalas senyumannya, "Amin.."
Frasca pun meniup lilinnya dan merasa lebih tenang.
Yeyeyeyyeye... Happy birthday...
Makasih buat intan yang selalu baik buat frasca dan trisna yang selalu berusaha membuat semua orang merasa nyaman dan baik baik saja meski semua itu tidak dipedulikan.
Intan adalah wanita yang sangat baik untuk keluarga Gurinta, dia tidak peduli meski orang-orang yang disayanginya telah menyakiti hatinya. Intan selalu berpikir dewasa, dan intan pun tidak ingin memaksa siapapun untuk menuruti keinginannya.
(Yo yo yo guys. Jangan lupa vote nya dan komen juga ya. Makasih udah mau baca. Maaf kalo kurang menarik.baca terus ya kesananya bakaln lebih seru lagi. Tqu😊😁😍)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Present
Teen FictionJika kamu memang tidak bisa menerima perasaanku, tolonglah hargai perjuangku selama ini. Karena melupakamu butuh proses lama bagiku. Tidak semudah kamu memintaku untuk pergi dan hilangkanlah perasaan ini. Awalnya tidak pernah menyangka akan dikecewa...