32

12 2 0
                                    

Aku tau, aku telah menyakiti hatinya bahkan lebih dari kata sakit. Aku terlalu mudah mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu, aku sangat menyesalinya..

---


Semua perkataan yang diucapkan sela terngiang-ngiang dipikirannya, divia berusaha tenang namun masih saja dihantui sosok frasca dibenaknya.

Divia mendengus,  lalu melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 14:58, "perut gue laper, mana gada makanan lagih, kepaksa deh beli keluar," Divia mencekram perut dengan kedua tangannya

Gadis ini bergerak cepat memakai jaket tipis dan sepatu simplenya, lalu ia keluar kamar dan menuruni tangga dengan cepat ia melewati anak tangga itu.

Sesaat  divia membuka gerbang, ia melihat intan berbicara dengan seorang gadis remaja seumuran anak  SMA, terlihat begitu akrab intan dan gadis itu,

"Byee, aku pulang dulu yah," pamit gadis itu pada intan

"Oke, bye,"

"(Siapa gadis itu?, keliatannya intan akrab banget sama dia)," batin divia heran

Dengan cepat intan melirik divia, ia tersenyum lalu menghampiri divia yang terdiam kaku didepan sana,

"Hai div?," sapanya

Divia hanya tersenyum tipis,

"Mau kemana?,"

"Gue mau beli makanan, cacing diperut gue udah kelaperan banget," candanya

"Oh loe laper?, tadi gue masak, loe mau  gak?," tawar intan

"Gausah tan, gue beli makanan diwarung aja," tolaknya

"Kok gitu, serius tadi gue mau nganterin makan kerumah loe, eh tadi keburu ada tamu," kata intan datar

"Dia siapa?,"..

"Loe gak tau?,"

Divia mengelengkan kepalanya..

"Yaampun div, makannya jangan ngurung terus dirumah, jadinya kan gak tau,"  kata intan

"??," Divia hanya menatap intan tajam

"Ups sorry, Hmm yang tadi itu tetangga baru kita, Namanya Tiara dia tinggal diujung komplek dekat rumah pak RT, tadi dia mampir kesini karena liat gue lagi nyiram tanaman didepan," jelas intan

"Tiara? Tetangga baru?,"

"Iyaa tetangga baru kita,"..

Divia terdiam sejenak, "yaudah deh kalo gitu, gue pergi  dulu?," pamit divia

"Oh gitu, Hati-hati ya div,"..

"Iyah,"..

--

Langkah kaki berat yang dirasakan divia, pikirannya yang terus dihantui sosok Trisna dan Frasca, membuat divia merasa lelah dengan semuanya, gadis ini mengepal terus tangannya ketika ia sedang memikirkan sesuatu yang sulit dipecahkan.

Setelah sampai di rumah, divia mencoba menelpon ibunya, akhir akhir ini divia lupa mengabari keluarganya...

Tutt tuttt ( Telepon berdering)

"Mama?,"

"Iya sayang, nak kamu baik-baik aja kan dijakarta?, mama khawatir sama kamu, gimana pekerjaan kamu disana? Baikkan nak?," Mama monica langsung mengoceh disebrang telepon

'( gue gak mungkin bilang ke mama kalo gue ada disurabaya bukan dijakarta, kalo sampe tau gue disurabaya mama pasti gak ngijinin gue, lagian mama juga gak tau kalo aku ketemu lagi sama frasca, lebih baik gue gak ngomong sama mama soal ini),' batin divia

Love In PresentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang