Dua orang gadis sedang berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku paket Kimia yang baru saja digunakan dalam kelas Pak Arif. Nirmala dan Melody masih membahas pelajaran Kimia yang baru usai.
"Eh, lo udah nonton film Mariposa belum?" tanya Melody saat mereka memasuki lift.
"Belum, emangnya kenapa? Gue nggak ada waktu buat nonton film, apalagi sampai pergi ke bioskop. Nggak ada duit, nunggu tayang di TV aja."
Meski berasal dari keluarga sederhana, Nirmala bertekad masuk ke Antariksa Internasional High School (AIHS). Sekolah favorit yang memiliki fasilitas lengkap. Nirmala harus melewati beberapa ujian khusus sebelum akhirnya bisa masuk ke sini dengan beasiswa sebagai penopangnya.
Tanpa itu, maka Nirmala tidak bisa menikmati keindahan yang dimiliki sekolah. Nirmala tidak malu, dia memang sengaja melakukan itu untuk memenuhi impiannya dengan menyelesaikan sekolah hanya dalam dua tahun dan tentu saja membuat bangga keluarga.
Untuk bisa masuk kelas akselerasi sendiri, selain dengan memiliki IQ tinggi, mereka juga harus memiliki nilai di atas KKM dan nilai mereka juga harus stabil. Jika nilainya menurun sedikit saja, maka mereka akan turun ke kelas reguler. Masa sekolah yang hanya dua tahun membuat waktu belajar dipadatkan, mengingat waktu yang harusnya satu semester selama enam bulan menjadi tiga bulan. Otomatis mata pelajaran pun ikut dipadatkan.
Letak perpustakaan ada di lantai tiga sedangkan kelas akselerasi—kelas Nirmala dan Melody—ada di lantai dua. Saat semua ruang kelas sepuluh ada di lantai bawah, kelas spesial sekaligus kelas yang memiliki waktu khusus untuk belajar terletak di lantai dua. Berdampingan dengan kelas sebelas yang akan menjadi angkatan mereka nantinya.
Melody mendengkus karena ucapan Nirmala. "Gue kasih tahu, ya, itu film seru, sumpah! Ada gokil, sedih, sampai kesel juga. Kalau ingat wajah Iqbal, udah pengin gue makan hidup-hidup. Belum lagi si Aca. Udah tahu Iqbal nggak suka, masih aja dikejar-kejar. Gue 'kan kasihan, La, sama Aca. Ad—"
"Udahlah, Mel, mending bahas rumus Matematika yang bakal keluar pas ulangan. Gue yakin, kalau cerita Mariposa nggak masuk di ulangan."
Mulut Melody bungkam, tapi dalam hati ia mengabsen semua nama hewan yang ada di pelajaran Biologi. Mereka akhirnya sampai di lantai tiga dalam diam. Melody berhasil mengunci mulutnya agar tidak membuang tenaga sia-sia, saat Nirmala memotong lagi.
"Yuhu ... permisi, ya, Mbak-mbak cantik dan manis, orang tampan mau lewat."
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja seseorang menyerobot Nirmala dan Melody. Padahal di dalam lift tadi hanya ada mereka berdua. Karena Nirmala membawa tumpukan buku lebih banyak, tubuhnya seketika oleng akibat benturan hebat yang baru saja terjadi. Buku yang dia bawa pun berjatuhan di depan lift.
Si pelaku yang ternyata seorang cowok, malah tertawa sambil menarik rambutnya. "Gue bisa mati muda kalau tiap hari kayak gini," pekik seseorang yang dikenal sebagai Gerry Aditia Antariksa, salah satu cucu dari pemilik sekolah. Kebiasaan buruk yang selalu bangun kesiangan, mulai membuatnya frustrasi. Belum lagi dengan PR yang belum dikerjakan. "Wah, ada bidadari kesasar ternyata," seru Gerry saat melihat Nirmala yang menatapnya aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala (END) ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Update seminggu sekali. Akselerasi, terkenal dengan murid jenius serta kutu buku. Tidak ada banyak waktu bermain sehingga membuat mereka hanya memiliki sedikit teman. Apa yang terjadi, jika kelas itu dipenuhi dengan gelak tawa...