👒 ANTARIKSA 6 👒

407 48 122
                                    

Jangan membuang waktu yang sangat berharga, dia satu-satunya harapan yang tak pernah bisa terulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan membuang waktu yang sangat berharga, dia satu-satunya harapan yang tak pernah bisa terulang.

Motivasi yang dibuat sendiri itu selalu menjadi acuan Nirmala agar tidak pernah bermain dengan sang waktu. Setelah shalat Maghrib, ia juga mewajibkan diri sendiri untuk belajar. Jika tugas membantu ibu sudah selesai, sekarang adalah waktunya bersama para buku. Memahami setiap bait kata yang sudah terangkai menjadi kalimat yang indah.

"Biar aku aja yang buka, Bu," kata Nirmala saat mendengar suara ketukan dari pintu. Ia bangkit berdiri dari posisi duduk lesehan di tengah ruang tamu.

Nuri mengangguk seraya tersenyum, sore ini ia sedang menyiapkan beberapa bahan kue untuk besok serta sajian untuk makan malam.

"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh." Gerry menyambut dengan salam lengkap saat Nirmala membuka dan berdiri di ambang pintu. Dia membawa Damar, Jasmin sekaligus Gibran.

"Waalaikumsalam," jawab Nirmala lalu menghadap pada Jasmin yang tidak menunjukan sifat ramah dan lembut dengan menangkup tangan.

"Kak Jasmin, aku beneran minta maaf. Aku tau aku salah dan aku siap bertanggung jawab, tapi aku mohon, Kak. Jangan bilang apa-apa sama Ibu."

Jasmin menarik satu sudut bibirnya ke atas dengan alis menyatu. "Lo ngomong apaan, sih? Mending buruan lo nyuruh kita masuk, gue mau minta minum," ucapnya bingung.

"Tapi, Kak ...."

Damar menyahut. "Udah, La. Kalau nggak disuruh masuk, kita pulang, nih."

"Enak aja. Dinner-nya aja belum, mau main pulang," sambar Gerry.

Nuri muncul saat mendengar suara gaduh dari luar. "Siapa, Sayang? Kok nggak disuruh masuk?" tanyanya pada Nirmala.

"Itu, Bu. Mereka ...."

"Kita teman sekolah Nirmala, Tante," sela Damar.

Nirmala menengok Damar dan mendapat kedipan sebelah mata darinya. Gadis itu menunduk sambil bermain jari. Detak jantungnya masih belum stabil setelah melihat rombongan Gerry. Ia takut kalau Jasmin akan menuntutnya masalah tabrakan kecil tadi pagi.

"Ayo, masuk-masuk. Ngobrolnya di dalam saja. Ibu punya sesuatu buat kalian." Suara Nuri menegakkan kepala Nirmala. Ia melihat sang ibu mendekati Jasmin lalu merangkulnya.

"Kamu cantik banget, Sayang. Kita ngobrol di dalam, ya?" ucap Nuri yang memasuki rumah dengan Jasmin sampai melupakan Nirmala sebagai anak kandungnya sendiri.

"Tenang, lo masuk bareng gue. Ayo!"

"Hayo, calon Kakak Ipar. Mau Kakak Nyonya marah lagi apa langsung putus, nih?" sindir Gerry dengan mencium bau-bau mencurigakan dari Gibran yang baru saja berbicara pada Nirmala.

Gibran menggeleng kuat sambil nyengir. Mengingat kecerobohannya di kantin yang penasaran dengan kecantikan Nirmala, membuatnya harus merasakan diabaikan oleh Jasmin. Semua bujukkan dan rayuan tidak bisa melelehkan Jasmin yang memang kecewa atas sikapnya.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang