👒 ANTARIKSA 22 👒

220 28 57
                                    

Gerry merasakan hawa panas meski semua kaca jendela mobilnya terbuka lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerry merasakan hawa panas meski semua kaca jendela mobilnya terbuka lebar. Keinginan untuk keluar malam sendiri digagalkan oleh kehadiran Damar. Lelaki itu duduk santai di bangku penumpang sembari mendengarkan musik rock and roll dari radio mobil.

"Lah? Kenapa dimatiin? Bukannya lo suka lagu kayak gitu?" Damar heran saat Gerry tiba-tiba mematikan radio.

"Lagi nggak suka! Lo mau ke mana, sih? Bukannya belajar malah kelayapan!" jawab Gerry dengan emosi. Sejak mendengar cerita Haikal beberapa waktu lalu, lelaki itu jadi suka marah-marah tanpa sebab.

"Bosen liat buku, lo mau ke mana? Gimana kalau ke kafe? Gue pengin kafein," tawar Damar. Adik sepupunya itu hanya membalas dengan dehaman. "Tapi mampir ke Basmalah dulu, ada titipan dari nyokap," imbuhnya.

Mobil putih metalik itu sudah berhenti di depan toko dengan warna khas hijau dan putih. Toko yang dirintis oleh salah satu pondok pesantren besar di Pasuruan itu sudah memiliki banyak cabang yang tersebar hanya di provinsi Jawa Timur.

"Jangan lama-lama," pesan Gerry saat Damar akan menutup pintu.

Lelaki yang mengenakan kaos panjang berwarna merah itu berjalan memasuki toko sambil melihat ponsel. Membaca ulang pesanan Lisa untuk menghindari kesalahan yang berakibat ceramah sepanjang malam. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Damar segera menuju ke kasir. Lelaki itu tersenyum saat melihat gadis yang tengah menunggu barang belanjaannya dihitung.

"Hai, sendirian aja?" sapa Damar.

Gadis yang disapanya pun menoleh dengan kerenyitan di dahi. "Lo? Lo pasti sengaja ngikutin gue, 'kan? Nggak usah ngelak lagi lo sekarang. Hobi banget ngintilin gue," ucap Nirmala kesal. Lelaki yang setiap detik mengisi pikiran itu malah sekarang muncul langsung di hadapannya.

"Siapa juga yang ngikutin lo? Rumah gue jauh dari sini, jadi—"

"Maaf, permisi. Total belanjanya jadi dua ratus ribu, Mbak." Suara kasir memotong ucapan Damar. Nirmala yang mendengarnya segera menyerahkan uang sesuai nominal.

"Sekalian, Mas, ketinggalan," serobot Damar menyodorkan satu pak besar pembalut dengan pembungkus warna orange. "Bayarnya pakai ini, Mas," imbuh lelaki itu menyerahkan salah satu kartu kreditnya.

"Semuanya, Mas?" tanya sang kasir.

"Nggak, Mas."

"Iya, semuanya."

Kasir laki-laki itu tersenyum saat mendengar jawaban Nirmala dan Damar yang diucapkan bersamaan. Lelaki itu segera menggesekkan kartu milik Damar pada mesin EDC. "Terima kasih sudah berbelanja di tempat kami," katanya sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Damar membalas dengan senyum dan anggukan, lalu mengambil kantong plastik dengan tulisan sesuai nama toko yang berisi belanjaan Nirmala untuk dibawa keluar.

Nirmala menarik lengan baju Damar yang membuat mereka berhenti di depan toko. Gadis itu meletakkan dua lembar uang berwarna merah pada telapak tangan kanan Damar dengan kasar. "Gue masih mampu bayar sendiri!" Kemudian, gadis itu mengambil paksa kantong yang berisi bahan untuk membuat kue dari genggaman Damar.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang