👒 ANTARIKSA 25 👒

240 29 79
                                    

🔕 Warning! Yang jomlo harap menjauh ☺️

Waktu berjalan sangat lambat saat seseorang tengah berbahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berjalan sangat lambat saat seseorang tengah berbahagia. Padahal mereka berada di barisan sekelas, tetapi tetap saja tidak bisa bersuara jika ingin berdiri di bawah tiang bendera sampai jam istirahat pertama. Senyum di wajah Nirmala belum juga pudar saat ia hanya bisa melihat punggung tegap itu berdiri di barisan paling depan.

Bibirnya sudah gatal mengatakan apa yang menjadi penghalang hubungan mereka sudah berlalu. Nirmala ingin merebut mikrofon yang sedang digenggam oleh kepala sekolah, atau ia akan langsung saja berteriak menyebutkan nama Damar. Namun, akal sehatnya masih bisa bekerja dengan baik. Hanya kakinya yang tidak bisa berhenti bergerak.

Melody berulang kali meliriknya bingung, mengingat Nirmala yang belum berhenti tersenyum sejak pulang dari Kota Batu semalam, ia takut ada sesuatu yang menempel di tubuh Nirmala. Gadis cempreng itu juga tidak berani mengeluarkan suara saat kewarasan sahabatnya mulai memudar.

"Huh, akhirnya." Nirmala membuang napas panjang saat amanat dari kepala sekolah sudah ditutup dengan doa. Upacara hari ini pun selesai.

"Lo kenapa, sih? Gatel mata gue liat kaki lo gerak terus?" tanya Melody.

"Nanti aja gue cerita, gue lagi buru-buru sekarang."

Rahang Melody jatuh saat punggung sahabatnya itu menjauh, meninggalkan dirinya di tengah halaman yang mulai sepi.

Nirmala melangkah lebar demi bisa mengejar lelaki yang sudah memenuhi semua rongga hatinya. Bisa saja ia memanggil nama itu, tapi rasa bahagia yang amat mencuat membuat sebagian akal sehatnya berhenti bekerja.

"Damar."

"Nirmala."

Gadis itu menoleh ke belakang saat namanya terpanggil, pun dengan Damar yang menghentikan langkahnya dan melihat ke belakang.

"Iya, Bu?" Nirmala menghadap wanita paruh itu, sekilas ia sempatkan melirik Damar untuk memastikan lelaki itu tidak melanjutkan langkah lagi.

"Tolong bantu koreksi hasil ujian kelas dua belas, ya. Kelas kamu nggak ada guru, cuma dapat tugas di jam pertama dan kedua. Jadi, kamu nggak usah takut ketinggalan pelajaran. Ayo, ikut saya."

Desahan panjang pun gadis itu embuskan bersamaan tapak kakinya mengikuti langkah Bu Qiandra. Tak bisa menolak setiap ucapan yang keluar dari orang-orang yang ia hormati. Kepalanya juga tidak menengok ke belakang untuk melihat lelaki yang ingin ia peluk saat ini.

Nirmala tersenyum dan menyalami setiap berpapasan dengan guru yang masih di kantor. Ia duduk di depan meja Bu Qiandra yang penuh dengan tumpukan lembar hasil ujian tengah semester dan berkas lainnya. Wanita paruh yang masih cantik di usia yang sudah menginjak umur empat puluh itu memberikan satu bundel kertas yang dimaksud hasil ujian kelas dua belas tadi.

Tangan gadis itu mulai bergerak menghitung jawaban yang salah dan benar dari atas lembar plastik yang sudah diberi tanda sesuai jawaban yang benar di LJK. Bu Qiandra sudah beberapa kali meminta bantuan pada Nirmala, jadi sekarang gadis itu sudah paham tanpa harus dijelaskan lagi oleh wanita paruh baya cantik itu.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang