"Hai, Bidadari. Pangeran sudah siap untuk mengantarkanmu kembali ke istana, mari ...," ucap Gerry menunduk di depan Nirmala dengan tangan kanan terulur ke depan, sedangkan tangan kiri ia letakkan dibalik punggung. Layaknya seorang pelayan kerajaan.
Nirmala yang sudah bersiap untuk pulang, harus tertahan dengan kehadiran Gerry, untung saja Melody masih bersamanya. Gadis berkulit putih itu memohon pada Melody melalui tatapan mata untuk menolongnya dari Gerry.
"Mohon maaf, Pangeran. Nirmala akan pulang ke gubuk saya untuk menyelesaikan tugas Matematika. Kami permisi, Pangeran." Melody segera menarik Nirmala dari hadapan Gerry. Ia harus berbohong demi melepaskan Nirmala. Semoga kebohongannya kali ini tidak membuat hidung indahnya memanjang.
Gerry menegakkan badan sambil berkacak pinggang. "Dasar, Odet! Gue kutuk lo jadi tokek. Gangguin aja," decak Gerry meninggalkan koridor kelas akselerasi dengan hati kecewa.
***
"Aku turun di pertigaan depan, Pak!" kata Nirmala pada sopir Melody.
"Baik, Non."
"Eh, nggak bisa dong. Enak aja," tolak Melody menghadap Nirmala. "Katanya lo mau ke rumah gue?"
"Tadi lo yang ngomong, bukan gue. Turunin gue di sini aja. Rumah kita itu beda arah, kapan-kapan gue pasti main ke rumah lo, kok," pinta Nirmala.
Melody menghela napas. "Nggak usah turun juga, Nirmala. Gue anter sampai rumah lo."
"Tapi, Mel ...."
"Di mana alamatnya?"
"Jalan Hasanuddin nomer dua belas," jawab Nirmala akhirnya. Gadis itu sudah paham dengan sifat keras kepala teman barunya itu, daripada melawan lebih baik mengalah.
Melody mengatakan pada sopir untuk mengantarkan Nirmala terlebih dahulu. "Kenapa lo tadi nolak ajakan Kak Gerry? Kan lumayan, La?" tanya Melody penasaran.
"Nggak apa-apa, Mel. Apa untungnya juga gue bareng dia? Daripada ngobrol nggak jelas, mending sebutkan tabel Trigonometri. Udah hapal, 'kan?"
Gue nggak mau cari malasah, Mel, batin Nirmala.
Melody menarik badannya agar bisa bersandar pada jok mobil, mulutnya bergerak seolah mengunyah makanan meski sebenarnya tidak ada apa pun yang ia makan. Gadis itu harus siaga empat lima jika berada di samping Nirmala, temannya yang satu ini sedikit berbahaya.
****
Angin pagi masih terasa menembus tulang saat sepasang ibu dan anak sudah sibuk di dapur. Terdengar hanya terjadi beberapa kali percakapan antara mereka, selebihnya diisi dengan suara pengajian dari televisi.
"Ayah sudah berangkat, Bu?" tanya Nirmala tepat saat televisi menampilkan iklan shampo.
Toni—ayah Nirmala—bekerja sebagai pengemudi ojek online selalu menyempatkan waktu untuk pulang, bukan pekerja dua puluh empat jam nonstop tanpa menginjakkan kaki di rumah. Toni sangat menyayangi keluarga, dengan melihat senyuman dari istri serta putrinya saja sudah cukup memberi semangat untuk bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala (END) ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Update seminggu sekali. Akselerasi, terkenal dengan murid jenius serta kutu buku. Tidak ada banyak waktu bermain sehingga membuat mereka hanya memiliki sedikit teman. Apa yang terjadi, jika kelas itu dipenuhi dengan gelak tawa...