👒 ANTARIKSA 9 👒

312 43 121
                                    

Pagi yang cerah namun tak secerah hati Nirmala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah namun tak secerah hati Nirmala. Semalam, ia terus memikirkan kejadian kemarin. Ara yang datang seperti kesetanan, lalu pergi dengan ancaman lagi. Ia belum bisa melupakan semuanya.

Gadis itu masih berdiri di depan pintu rumahnya yang tertutup. Meski sudah berpamitan pada ibu, namun untuk berangkat ke sekolah terasa berat. Andai ia bisa menghilang dalam sekejap dan saat membuka mata, ia sudah duduk di bangku kelas. Ah, andai ia memiliki kantong ajaib Doraemon yang memiliki banyak alat ajaib.

Nirmala menarik napas dalam, lalu dikeluarkan pelan. "Bismillah ...," lirihnya seraya melangkahkan kaki meninggalkan rumah. Belum sampai lima langkah, Nirmala kembali berhenti saat mobil sport putih yang tidak asing muncul di hadapannya.

"Hai, selamat pagi, Nirmala," sapa sang pengemudi yang sudah keluar dan berdiri di samping mobilnya.

Nirmala berdecak dalam hati. Tersenyum kikuk tanpa berniat menggerakkan kakinya pada Gerry. Meski berat, pada akhirnya ia tetap membalas ucapan Gerry. "Pagi juga, Kak."

Gerry tersenyum lalu membuka pintu penumpang. "Ayo, berangkat!" ajaknya pada Nirmala yang masih menata hati.

"Itu, Kak. Gue ...."

Melody, aku membutuhkanmu, gumam Nirmala dalam hati.

Gerry berjalan menuju Nirmala, menarik tangan gadis itu lalu mendorong pelan tubuhnya hingga terduduk sempurna pada jok penumpang. Tak lupa ia juga mengancingkan sabuk pengaman untuk Nirmala.

"Udah, masuk. Kalau nungguin ita, itu, iti, kita bakal terlambat," ucap Gerry dengan menutup pintu penumpang. Ia sendiri harus berlari memutari depan mobil, sebelum bidadarinya melarikan diri.

"Lo nggak perlu takut sama Ara, dia jadi urusan gue. Fokus aja sama tujuan lo. Semua berhak sekolah di Antariksa, nggak ada bedanya. Mungkin Ara yang salah karena udah ada di sana." Perkataan Gerry seolah menjawab kegelisahan Nirmala.

"Iya, Kak. Makasih," jawab Nirmala setelah menengok Gerry sebentar, lalu kembali memandang lurus ke depan.

Gerry mengangguk-anggukkan kepala, lalu berucap, "Sama-sama."

👒👒👒👒

Bukan hal baru lagi jika melihat Gerry sudah berada di sekolah sepagi ini. Rapi. Tidak ada lagi kata terlambat. Hari-hari Gerry berubah setelah bertemu Nirmala. Ia merasa malu sendiri, jika ia terus saja terlambat setiap hari.

"Cubit mata gue, Dam. Takut salah lihat penampakkan," ujar Aksa pada Damar yang baru memasuki kelasnya. Mereka menemukan Gerry sedang duduk di bangku Damar sambil bermain ponsel.

Damar menengok pada Aksa. "Sekalian gue congkel, boleh?" tanyanya.

"Terus gue buta? Nggak bisa lihat cewek cantik lagi, Dam?" tanya Aksa.

Damar mengangkat bahu lalu menghampiri Gerry.

"Woi, lo serius mau pindah ke sini?" ujar Damar setelah menepuk pundak Gerry, kemudian duduk di atas meja.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang